sebenarnya mau lebih banyak lagi hanya tangan saya sudah capek pencet crtl + C dan ctrl + V dan masih ada tugas kuliah yang menumpuk jadi hanya segini yang saya bisa kumpulkan
akhirkata saya mohon maaf apabila cuma sedikit dan semoga menginspirasi kita
wassalam
Bapak2, Ibu2, kalau kalian mau mengenal calon mantu kalian lebih dekat, silahkan buka profile facebook/twitter mereka. Nanti akan ketahuan apakah calon mantu kalian ini alay, nulis profile nggak jelas, narsis, eksis, suka posting/share apa saja, naruh foto apa saja, semuanya bisa dilihat.
Nah, kalau calon mantunya nggak mau ngasih akses untuk dilihat profilenya, coret saja.
*Tere Liye
Seorang cowok yang sungguh baik dan paham, maka dia tidak akan pernah mengajak cewek, orang yang dia sukai untuk pacaran, berdua2an, mojok, dipegang2, dsbgnya. Tidak akan
Dan sebaliknya, seorang cewek yang sungguh baik serta paham, tidak akan mau diajak pacaran, mojok, berdua2an, dipegang2, dsbgnya.
Catat dengan baik nasehat ini. Dan jadikan lampu petunjuk kapan pun kalian ingin mencari pasangan hidup.
*Tere Liye
“Tidaklah memuliakan wanita, kecuali lelaki mulia.
Dan yang menghinakan wanita, pastilah lelaki hina.”
* Darwis Tere Liye
“Anak laki-laki yang baik tidak pernah meneriaki wanita apalagi membuatnya sedih dan tersakiti.”
-- Tere Liye, novel ‘Ayahku (bukan) Pembohong’
“Bukan ketika diomeli, dimarahi, dicereweti yang menyakitkan. Itu sih tandanya orang lain masih sayang.
Yang lebih menyakitkan adalah: saat orang lain memutuskan sudah tidak peduli lagi. Ditegur tidak, disapa juga tidak, didiamkan saja. Dianggap tidak ada.”
— Darwis Tere Liye
“Aku harus menyibukkan diri. Membunuh dengan tega setiap kali kerinduan itu muncul. Ya Tuhan, berat sekali melakukannya…. Sungguh berat, karena itu berarti aku harus menikam hatiku setiap detik.”
-- Tere liye, novel "Sunset bersama rosie",
"Kalau memang terlihat rumit lupakanlah. Itu jelas bukan cinta sejati kita. Cinta sejati selalu sederhana."
--Tere Liye, novel "Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah"
“Tidak semua orang mendapatkan pilihan pertama dalam hidup ini. Tapi kita bisa hidup sama bahagianya dengan mereka, meski hanya mendapatkan pilihan kedua, ketiga, atau bahkan keseratus-satu.”
--Tere Liye, buku "Berjuta Rasanya"
Orang2 yang tidak mau disuruh menunggu. Maka dia tidak berhak untuk ditunggu.
*Darwis Tere Liye
Ketika kita menutup mata, maka kita justeru mampu melihat hal-hal yang tidak kita lihat dengan mata terbuka sebelumnya.
Ketika kita menutup mulut, maka kita justeru mampu bicara hal-hal yang tidak bisa kita katakan dengan mulut terbuka lantang.
Darwis Tere Liye
Ketika kita memutuskan berhenti memikirkan sesuatu, seseorang, maka memang tidak otomatis sesuatu itu jadi benar2 hilang dari kepala. Tapi niat yang kokoh, kesibukan, akan membuatnya berkurang signifikan.
*Darwis Tere Liye
Orang pacaran itu kalau disuruh nikah pasti alasannya banyak, salah-satunya: belum siap, nanti mau dikasih apa anak istri?
Ya ampun, dek, kalau belum siap, sana fokus selesaikan sekolah, cari kerjaan, biar segera siap. Ini mah, cuma ngeles, terus asyik pacaran, dan juga terus sama sekali tidak menyiapkan diri.
Jangan pernah termakan gombal orang model seperti ini. Coret langsung.
*Tere Liye
Kosmetik adalah kosmetik. Sebagus apapun hasilnya, sehebat apapun mengubah penampilan, maka dia tetap kosmetik.
Sebaliknya, akhlak yg baik adalah akhlak yg baik; "sejelek" apapun fisik membungkusnya, maka dia tetap ahklak yg baik.
*Tere Liye
Jangan habiskan waktu meributkan hal2 kecil, mengomentari hal2 yang tidak perlu dikomentari, dan merumitkan diri sendiri atas hal2 yang sepele saja. Karena tabiat ini adalah milik orang2 berpikiran kecil.
Orang besar sebaliknya, bahkan urusan megah dan rumit pun, dia selesaikan dan pahami dengan sederhana, maka sederhana dan kongkret-lah semua urusannya.
*Tere Liye
Kalau pacar kalian bilang: "hanya kamu yang ada di hatiku", maka jangan malah cekikikan bahagia. Kalian mau saja dibodohi kalau percaya, karena kalimat itu gombal sekali.
Kalau dia tetap bilang begitu, dan kalian ngotot percaya omongannya, maka uji saja hal kecil, suruh dia melamar segera menikah, berani atau tidak? Paling juga jadi pengarang dadakan, mengarang alasan--dan kalian juga ikutan ngeles.
*Tere Liye
Ssstt, menurut nasehat orang2.... menikah itu bukan cepat2an, siapa cepat dia paling keren. Nggak begitu rumusnya.
Menikah itu lama2an, bukan siapa paling lama, paling terakhir menikah dia yang menang, melainkan siapa paling lamaaaa, paling awet tali pernikahannya, bahagia, jadi keluarga yang baik, anak2 saleh, maka sungguh beruntung, begitu maksudnya.
Buat adik2 yang "celaluingintercenyum", "celalucetiacampaimati", dan sebagainya, dan sebagainya, ketahuilah, kita selalu bisa tersenyum, dan selalu bisa setia sampai mati tanpa perlu jadi nama profile.
Selalu begitu. Jadi tidak perlu merepotkan diri menulis nama2 tersebut untuk menjelaskan sifat kita yang baik2 tersebut.
Kalau kita benci banget dengan seseorang, maka jangan dicaci maki di jejaring sosial orangnya.
Pun sama, jika kita menginginkan banget seseorang, maka jangan pula diumumkan habis2an di jejaring sosial.
Tidak banyak manfaatnya.
*Tere liye
Sssttt... orang yang kita sukai sekarang, belum tentu yang terbaik bagi kita loh. Maka tidak perlu aneh2, salting, pacaran, segera bilang, dsbgnya. Karena sungguh, dengan bersabar, dengan menahan diri, justeru akan membawa kita ke seseorang yang lebih baik dan lebih pantas esok lusa.
The right person,
the right momen,
and the right way.
*Tere Liye
Gombal kelas BK (bimbingan konseling) dalam pacaran itu adalah ketika pacarnya kirim sms, ngetweet, ngewall, "Eh, babe, kamu udah belajar belum? ayoh belajar gih, biar nilainya bagus2 loh."
Seolah perhatian sekali, tapi gombal saja. Tidak terhitung banyaknya orang2 yg pacaran prestasi akademiknya malah turun; bahkan saat besok lusa putus, malah kacau balau sekali nilai2nya.
Tere Liye
Gombal kelas fakultas (kedokteran) dalam pacaran itu adalah ketika pacarnya kirim sms, tweet, "Abi udah mamam ciang atau belom? Jangan telat ya, nanti cakit, loh".
Seolah perhatian sekali, tapi gombal saja. Besok lusa, kalau sudah putus, yang ada malah nggak mau makan.
*resiko sakit hati dah gabung di page ini; saya nyinyir banget soal pacaran.
Gombal kelas tata surya dalam pacaran itu adalah ketika pacarnya kirim sms, ngingetin: "Ummi cayang, udah shalat subuh belum?" atau "Babe, kamu sudah ngaji belum hari ini?"
Seolah baik dan indah sekali, tapi gombal saja.
Darwis Tere Liye
Gombal kelas Internasional dalam pacaran adalah ketika pacarnya bilang, "Aku sayang kamu karena Allah"
*Tere Liye
“Tidak ada yang pergi dari hati. Tidak ada yang hilang dari sebuah kenangan”
― novel 'Rembulan Tenggelam Di Wajahmu', Tere Liye
“Terkadang pembalasan terbaik adalah dengan tidak membalas”
--novel "Ayahku Bukan Pembohong", Tere Liye
“Urusan ini sebenarnya amat sederhana. Seseorang yang mencintaimu karena fisik, maka suatu hari ia juga akan pergi karena alasan fisik tersebut. Seseorang yang menyukaimu karena materi, maka suatu hari ia juga akan pergi karena materi. Tetapi seseorang yang mencintaimu karena hati, maka ia tidak akan pernah pergi! Karena hati tidak pernah mengajarkan tentang ukuran relatif lebih baik atau lebih buruk.”
--buku "Berjuta Rasanya", Tere Liye
Awal dari sebuah pertengkaran ataupun kebencian adalah: ego.
Orang2 yang ego-nya tinggi, maka lebih cocok tinggal di gunung tinggi. Sendirian.
*Tere Liye
Awal dari segala kasih sayang adalah: senyum.
Senyum yang tulus, riang dan menenangkan.
--Tere Liye
Tidak seperti papan tulis, coretannya bisa dihapus bersih.
Coretan di hati tidak bisa dihapus bersih. Bahkan saat kita benar-benar lupa, coretan itu tetap ada (di hati orang lain, dan atau banyak orang lain).
-Darwis Tere Liye
"Semua anak perempuan tumbuh dengan kecantikan masing-masing. Jadi tidak perlu meniru siapapun, misalnya ikut-ikutanan trend yg tidak cocok dengan kecantikan kita."
--buku "Sepotong Hati yg Baru", Darwis Tere Liye
"Kau tahu, hakikat cinta adalah melepaskan. Semakin sejati ia, semakin tulus kau melepaskannya. Percayalah, jika memang itu cinta sejati kau, tidak peduli aral melintang, ia akan kembali sendiri padamu. Banyak sekali pecinta di dunia ini yang melupakan kebijaksanaan sesederhana itu. Malah sebaliknya, berbual bilang cinta, namun dia menggenggamnya erat-erat. Pasti akan kembali."
--novel "Eliana", Darwis Tere Liye
“Cinta hanyalah segumpal perasaan dalam hati. Sama halnya dengan gumpal perasaan senang, gembira, sedih, sama dengan kau suka makan bakso, suka mesin. Bedanya, kita selama ini terbiasa mengistimewakan gumpal perasaan yang disebut cinta. Kita beri dia porsi lebih penting, kita besarkan, terus menggumpal membesar. Coba saja kau cuekin, kau lupakan, maka gumpal cinta itu juga dengan cepat layu seperti kau bosan makan bakso.”
― novel "Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah". @Tere Liye
“Kau tahu, Nak, sepotong intan terbaik dihasilkan dari dua hal, yaitu, suhu dan tekanan yang tinggi di perut bumi. Semakin tinggi suhu yang diterimanya, semakin tinggi tekanan yang diperolehnya, maka jika dia bisa bertahan, tidak hancur, dia justeru berubah menjadi intan yang berkilau tiada tara. Keras. Kokoh. Mahal harganya.
“Sama halnya dengan kehidupan, seluruh kejadian menyakitkan yang kita alami, semakin dalam dan menyedihkan rasannya, jika kita bisa bertahan, tidak hancur, maka kita akan tumbuh menjadi seseorang berkarakter laksana intan. Keras. Kokoh."
--Novel "Negeri Di Ujung Tanduk", @Tere Liye
Saya percaya, kalau belajar menulis hanya demi menerbitkan buku, laku, kaya, populer, difilmkan, apalagi sibuk menghitung view, like, komen, maka cepat atau lambat akan berakhir pada kekecewaan--bahkan meski semua itu akhirnya tercapai. Kosong saja ketika sudah tiba di titik itu. Semoga kalian tidak memulai langkah yg keliru, mendengarkan orang2/mentor/guru menulis yg keliru.
Menulislah karena itu menyenangkan. Selalu menyenangkan.
Menulislah apa yang harus orang baca, bukan yang ingin orang baca.
Menulislah dengan pemahaman: Tidak semua kata-kata indah itu mengandung kebenaran. Kadangkala, sebuah kebenaran harus disampaikan dengan kalimat yang amat menyakitkan.
Menulislah dalam senyap. Si penulis akan mati, jadi tulang belulang, tapi tulisannya boleh jadi abadi ribuan tahun.
*Tere Liye
Kalau kalian ingin 'melupakan' sesuatu/seseorang justeru cara efektfinya adalah dengan jangan dilupakan.
Kalau kalian ingin mencari perhatian sesuatu/seseorang justeru cara efektifnya adalah dengan jangan diperhatikan.
Tapi ini jurus sakti, jadi perlu banyak hal untuk menguasainya. Selamat berlatih.
--Darwis Tere Liye
“Ah, cinta selalu saja misterius. Jangan diburu-buru atau kau akan merusak jalan ceritanya sendiri.”
--Tere Liye, novel "Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah"
Cara terbaik mengatasi kekecewaan adalah dengan terus mencoba. Tidak berhenti. Tidak lelah. Tidak bosan. Tidak sakit hati.
Besok lusa kembali dgn kekuatan lebih besar.
*Tere Liye
"Dalam urusan perasaan dan duniawi lainnya, kita tidak akan pernah mengerti hakikat memiliki, jika kita terlalu ingin memilikinya. Justeru kita akan mengerti hakikatnya saat kita melepaskannya.
--Tere Liye, novel 'Sunset Bersama Rosie'
Masa lalu tidak akan pernah menang. Karena dia selalu ada di belakang.
Jadi berhentilah resah dgn masa lalu sendiri atau masa lalu orang lain.
-- Tere liye, Novel "Kisah Sang Penandai"
Istri terhukum korupsi yang menikmati uang korup suaminya, lebih dari layak ikut dipenjarakan, bukan dibiarkan cengengesan di media massa.
Nah, kalau ada yang mengaku tidak tahu menahu, ayo, mulai detik ini silahkan bertanya, telusuri darimana suami kalian memperoleh uangnya.
*Tere Liye
Anak perempuan itu harus gesit, Eli. Besok lusa kau akan mengurus keluarga sendiri, anak-anak. Berapa kali kau lupa meletakkan barang milik sendiri? Berteriak-teriak mencarinya? Membuat ribut sekeluarga? Bagaimana coba kalau besok lusa kau lupa di mana meletakkan anak sendiri?”
--Tere Liye, novel "Eliana"
Jangan mudah percaya dengan kenalan di dunia maya. Jangan gampang sekali diajak ketemuan. Sebaik apapun dia di dunia maya. Se-perhatian apapun dia.
Saya tidak menyuruh orang untuk suudzon, untuk terlalu hati2, untuk lebay berprasangka. Saya sedang mengingatkan agar orang2 tahu batas2 di dunia maya ini. Apalagi jika kalian masih remaja. Berhati2lah. Cerdas mengambil manfaatnya, buang jauh2 hal buruk di dunia maya ini.
*Tere Liye
Bahkan Rasul pun bersedia memotong tangan anaknya, Fatimah, jika mencuri.
Di negeri ini, semoga penegak hukum-nya tahu soal ini. Bukan justeru melindungi habis2an, termasuk saat anggota keluarganya melakukan kejahatan.
“Wahai manusia sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kamu adalah, apabila seorang bangsawan mencuri, mereka biarkan. Akan tetapi apabila seorang yang lemah mencuri, mereka jalankan hukuman kepadanya. Demi Dzat yang Muhammad berada dalam genggaman-Nya. Kalau seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri. Niscaya aku akan memotong tangannya.” --HR. Bukhari Muslim
*Tere Liye
“Akan selalu ada
laki-laki yang baik-baik
untuk wanita yang terus berusaha
memperbaiki dirinya.
Juga, akan selalu ada,
wanita yang baik-baik
untuk laki-laki yang selalu berusaha
memperbaiki dirinya.
Jangan ragu mengambil prinsip hidup.”
— *Tere Liye
*Bicara Baik
Ribuan tahun lalu, kita telah dinasehati: bicaralah yang baik, atau diam (kalau kalian tdk tahu dari siapa muasal nasehat ini, maka bergegaslah membaca banyak buku, bukan menghabiskan waktu tdk jelas).
Itu nasehat yang sangat relevan hingga kapan pun, bahkan besok lusa. Karena hari ini, dengan teknologi informasi yang berkembang menakjubkan, dan semua orang merasa punya kesempatan bicara apapun, termasuk menulisi dinding rumah maya seorang presiden sekalipun, masalah ini semakin kacau balau.
Bicaralah yang baik atau diam. Apa itu yang baik? Banyak definisinya, banyak penjelasannya, tapi secara umum, satu maksud dan tujuannya.
Ada orang yang mendefinisikannya (kasus yg sangat istimewa) lewat dia memutuskan bicara hanya untuk menyebut ayat2 Al Qur'an--tidak utk yg lain. Jadi kalau kita mengajak dia mengobrol, dia akan menjawab dengan kalimat dalam Al Qur'an, ada kisahnya orang ini. Hebat sekali. Dan percakapan itu tetap nyambung, nyaman, dan efektif. Karena kalimat dalam Al Qur'an lebih dari cukup sbg bahan percakapan. Dan dia jelas tidak akan bicara hal2 yg tdk penting, karena hal2 sepele bisa diselesaikan tanpa harus mengeluarkan sepotong kata pun.
Tapi kita tidak se-level dgn beginian, bukan soal menghafal Al Qur'annya hingga kita bisa punya kosa kalimat yg banyak sbg bahan percakapan--itu terlalu sulit buat sebagian besar orang. Tapi lebih karena sejak kecil kita terlanjur suka bicara apapun. Hal2 yang sepele sekalipun kita komentari, kita bicarakan, hal2 yg sudah tahu sama tahu, kita ributkan, padahal sama saja yang diributkan.
Apa itu bicara baik. Silahkan membuka buku2 yang membahas hal tersebut jika ingin tahu lebih komprehensif. Banyak bukunya. Catatan ini hanya disiapkan untuk menjelaskan simpel dari kaca mata yg berbeda. Maka, apa itu bicara yang baik, menurut hemat saya ada tiga level saat orang memutuskan bicara/menulis baik:
1. Menghibur atau menemani
2. Bermanfaat
3. Menginspirasi
Level paling rendah adalah menghibur atau menemani. Banyak contohnya, kita bisa menghibur atau menemani orang lain lewat mengobrol/tulisan. Level kedua bermanfaat, jadi tdk hanya menghibur dan menemani, tapi juga bisa memberikan pengetahuan baru, informasi baru, pun kesempatan baru. Dan level tertinggi adalah menginspirasi, ketika tulisan atau percakapan kita tidak hanya memenuhi level satu dan duanya, tapi sekaligus berhasil menggugah orang lain agar lebih baik.
Nah, sebaliknya, ada tiga level juga apa itu yang disebut bicara/menulis buruk:
1. Sia-sia, bicara kosong
2. Mengganggu dan menyakiti
3. Menyesatkan dan merusak
Level paling rendah adalah sia-sia, alias kosong saja. Tidak ada percakapannya atau tidak ditulis, hasilnya tdk akan berbeda, sama saja. Karena derajatnya memang sia2 saja. Lantas level kedua adalah mengganggu dan menyakiti, ini masuk semua tulisan2/percakapan2 mengganggu di dunia maya, annoying bagi orang lain, dgn bahasa manja, genit, bahkan dalam kasus lebih serius jorok, tidak sopan, kasar, menghina, dsbgnya. Sudah sia-sia, kosong, mengganggu dan menyakiti pula.
Dan level terakhir adalah menyesatkan serta merusak. Jenis percakapan atau tulisan yang sangat berbahaya--meskipun pelakunya sih tidak merasa itu berbahaya. Seperti latah menyebarkan tulisan2 dusta/bohong, memfitnah, mengarang2, dsbgnya. Baik sebagai pencetus utama percakapan/tulisan tsb, atau sekadar share, membagikan ke orang lain tanpa diperiksa terlebih dahulu.
Nah, untuk mencapai level bicara baik, maka mulailah tambah ilmunya, tambah pengetahuannya. Belajar. Hanya dengan cara itu kita akan bisa melakukannya. Kalaupun kita tdk berambisi menginsipirasi, setidaknya apa yang keluar dari mulut dan jari kita adalah hal2 yang menghibur dan menemani. Setidaknya bukan pembicaraan sia-sia, atau kosong belaka. Kita tidak akan pernah mencapai level bicara/menulis baik kalau membaca saja malas, menghadiri majlis ilmu saja setahun sekali (itupun nyasar), dan melakukan perjalanan/pengamatan apalagi, lebih tdk pernah lagi. Semakin berisi padi, maka semakin merunduk batangnya. Dan pastikan: banyak orang yang merasa bisa. Tapi sedikit sekali yang bisa merasa.
"Perasaan sayang yang berlebihan, esok lusa justeru bisa menghasilkan kebencian tak terhingga.
Itulah muaranya jika kita tidak bisa mengendalikan urusan hati."
*Tere Liye
Kalau yang dibilangin cowok, buruan nikah, berani sana ngelamar, maka ngelesnya: tapi ceweknya sendiri nggak siap, gimana dong, bang?
Kalau yg diceramahin ceweknya, disuruh nikah segera, maka ngelesnya: tapi cowoknya penakut, nggak berani, gimana dong, bang?
Jadi sebenarnya ya sama saja. Kalian yg ngeles itulah yang penakut. Kalau yg diajak nggak mau, coret, cari yg lain.
*Tere Liye
*Bumi langit jaraknya
Bertahun2 eksis dan narsis di internet, saya menemukan banyak pengalaman menarik. Satu-dua saya simpan saja sebagai catatan biar paham, pembelajaran diri sendiri, beberapa sy tuliskan, sy bagikan yg mungkin berguna buat orang banyak. Kali ini, akan saya ceritakan sebuah kejadian menarik. Anggap saja fiksi, biar tidak ada yang tersinggung, dan cerita ini sudah di-tulis ulang sedemikian rupa dengan setting dan isu berbeda, biar tidak ada yang merasa. Pun bisa dianggap saja kisah fiksi--yg sayangnya sering terjadi di dunia nyata.
Kata kunci dari catatan ini adalah: sudah jadi kebiasaan orang, saat berdebat, maka dia akan menyebut2 latar belakang pendidikannya, menyebut2 betapa keren dan hebatnya dia, sehingga layak punya argumen. Lantas tidak puas dengan itu, dia akan menyerang dan menghina pendidikan orang lain (padahal dia tidak tahu).
Here we go, alkisah, ada seorang teman yang menulis tentang topik agama. Tulisan itu baik sekali, dilandasi pengetahuan yang komprehensif dan mendalam. Dia menulis dari banyak sumber, dan dibuat dengan amat hati2. Tapi entah kenapa, ada yang ternyata tidak sependapat, malah tersinggung. Dan orang yang tidak sependapat ini mulai menuliskan komen2 menyerang. Bilang kalau tulisan tersebut keliru, salah. Komen orang tidak sependapat ini dengan segera mendapatkan komen dari orang lain yang setuju, maka terjadilah debat kusir di halaman tersebut. Dengan cepat, tanpa menunggu waktu, semua orang akan berebut bilang pendapatnya paling benar, bilang dia punya latar belakang pendidikan yang lebih baik, sekolah di tempat yg lebih baik, dstnya, dstnya. Tidak cukup sampai disitu, untuk melampiaskan nafsu berdebat, maka orang2 juga mulai menghina, menyerang orang lain tahu apa sih? Siapa sih penulis tulisan ini? Memangnya dia ulama? Ahli tafsir? Dsbgnya?
Teman saya ini, sayangnya, memang tidak pernah memberitahu latar belakang pendidkannya. Dia bukan pesohor, bukan ustad yang sering muncul di televisi, bukan orang2 top yang seding dianggap jadi 'Nabi' di jejaring sosial. Dia simpel hanya guru di sebuah boarding school, dan mengisi waktu luang dengan menulis isu2 kontemporer tentang agama, dibagikan di blog dan akun jejaring sosialnya. Yang membaca tulisan2nya banyak, tapi tidak se-megah akun milik pesohor lain yang bisa ratusan ribu hingga jutaan.
Dalam situasi debat tidak terkendali di tulisan tersebut, maka teman saya ini memilih menghapus postingan tersebut. Kenapa dihapus? Bukankah tidak ada yang salah dengan tulisan itu? Dia punya alasan tersendiri yang tidak disebutkan, mungkin agar kerusakan yang timbul tidak lebih parah. Dengan dihapus, maka selesai sudah semua debat saling menyerang di tulisan itu (yg saling menyerang adalah orang2 yang membaca tulisan itu, bukan dia, karena dia memilih menahan diri).
Tapi, ada sebuah rahasia kecil dalam cerita ini. Saat orang2 yang tidak sependapat dengan tulisannya menyerangnya, menulis: siapa sih yang nulis ini? kayak sudah paham agama saja. Maka tidak ada yang tahu sama sekali, kalau teman kita ini, guru di salah-satu boarding school ini justeru adalah seorang hafiz Qur'an, menghafal ribuan entry hadist, lulusan Al Azhar Kairo dengan prediket cumlaude. Entahlah, apakah jika orang2 yang menghinanya itu tahu kalau dia sebenarnya bumi langit dibandingkan dengan orang yang dihinanya, apakah mereka akan menyumpal mulutnya dengan terasi. Saya tidak tahu.
Hari ini, kita menghabiskan waktu banyak sekali di jejaring sosial. Dan kita tidak bisa mencegah ekses negatifnya. Kita tidak bisa melarang orang2 berkeliaran di mana2, menumpahkan kotoran. Tidak bisa. Maka, sungguh baik teladan teman kita ini. Dia memilih solusi yang lebih bijak, tidak menanggapi orang2 yang menghinanya, atau jika situasinya sudah terlanjur rumit, dia memilih mengalah, menghapus postingan. Saya sih tidak bisa sebijak dia, saya lebih sering ngamuk2 di page saya, dan jelas tidak ada ampun bagi siapapun yang melanggar peraturan.
Tapi apapun itu, maka semoga setidaknya kita terus belajar memperbaiki diri. Setiap kali kita tidak sependapat dgn orang lain, maka jangan menyerang orang tersebut di rumahnya, menghinanya soal pendidikan, dsbgnya. Karena boleh jadi, kita justeru sedang ditertawakan banyak orang yang tahu persis situasinya. Jika kita memang tidak sependapat, jengkel sekali, maka tulislah pendapat kita di rumah sendiri. Itu lebih baik, lebih bermanfaat. Jadilah pengguna internet yang sehat.
Adios.
“Nak, perasaan itu tidak sesederhana satu tambah satu sama dengan dua. Bahkan ketika perasaan itu sudah jelas bagai bintang di langit, gemerlap indah tak terkira, tetap saja dia bukan rumus matematika. Perasaan adalah perasaan.”
— Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah, Tere-Liye.
“Hidup ini terbatas dan hanya sekali. Jadi jangan habiskan dalam kehidupan orang lain.
— Tere Liye
Jika semua orang memperoleh apa yang diinginkannya, maka dunia ini akan mengalami kekacauan yang luar biasa.
*Tere Liye
Jangan mendiskon kehormatan perasaan dan diri kita begitu rendahnya. Apalagi diobral habis2an.
Tenang saja, akan datang seseorang yang bisa menilai betapa mahalnya harga seorang yang bisa menjaga diri.
*Tere Liye
Kita harus tahu, "cinta" itu sudah bosan dijadikan pembenaran, argumen atas situasi manusia yang membuat rumit dan merusak dirinya sendiri.
Bosan.
Karena "cinta" selalu saja bersahaja dan suci. Manusialah yang me-recokinya dengan keinginan, ambisi, ngotot, nafsu, dsbgnya.
*Tere Liye
“Aku hanya berani bermimpi, sungguh tidak terhitung berapa kali aku bermimpi tentang kau.”
-Tere Liye, novel "Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah"
Boleh saja loh pengin punya pasangan kaya, tampan/cantik, pintar, saleh/salehah, baik hati, segala2nya ada.
Boleh.
Hanya saja, pastikan, ada yang begitu dan dia mau sama kita. Kan repot, kita maksa penginnya begitu, tapi kita sendiri lupa mematut dan memperbaiki diri sendiri.
Selalu begitu memahaminya.
*Tere Liye
Dalam sebuah pemahaman yang baik: Kita selalu akan menunaikan kewajiban kita dengan baik, baru sibuk menuntut hak.
Kita juga selalu berusaha melakukan yang terbaik, baru sibuk menunggu yang terbaik datang untuk kita.
Kita juga senantiasa berusaha maksimal, habis2an, baru kemudian berharap yang maksimal dan habis2an tiba ke kita.
Kita selalu memberi, berbagi, berbuat baik, baru lantas semoga saja kebaikan itu akan kembali kepada kita.
Nah, dalam sebuah pemahaman yang sumpek, dangkal, rumus ini berjalan sebaliknya.
*Tere Liye
Dalam sebuah pemahaman yang baik: Kita selalu akan menunaikan kewajiban kita dengan baik, baru sibuk menuntut hak.
Kita juga selalu berusaha melakukan yang terbaik, baru sibuk menunggu yang terbaik datang untuk kita.
Kita juga senantiasa berusaha maksimal, habis2an, baru kemudian berharap yang maksimal dan habis2an tiba ke kita.
Kita selalu memberi, berbagi, berbuat baik, baru lantas semoga saja kebaikan itu akan kembali kepada kita.
Nah, dalam sebuah pemahaman yang sumpek, dangkal, rumus ini berjalan sebaliknya.
*Tere Liye
Bahkan hal paling menyakitkan sekalipun, ketika dijalani dgn sabar, tetap membawa bahagia.
Peluk erat rasa sabar itu. Jadikan teman di kala apapun.
Percayalah, sakit hati itu temporer.
Tapi pemahaman, pelajaran yg diperoleh bisa abadi.
Juga rasa bahagia, senang, itu pun temporer.
Tapi rasa syukur atas semua hal itu bisa abadi.
*Tere Liye
Aduh, kalau kita tdk punya teman2 baik di dunia nyata, maka seharusnya kita introspeksi habis2an. Ada yg ngaco di pemahaman hidup kita. Bukan malah bangga.
Bahkan Rasul Allah punya sahabat2 terbaik, sbg suri teladan pentingnya sahabat.
*Sahabat baik
Sahabat baik seperti hujan
Yang menyiram lembut tanah gersang nan tandus
Agar tumbuh benih-benih manfaat
Besok lusa tinggi menjulang karena kepedulian
Selalu begitu, tak pernah berhenti
Aduhai,
Sahabat baik bagai weker, dia mengingatkan
Sahabat baik bagai helm, dia melindungi
Pun bagai sapu lidi, tiada guna sapunya kalau hanya sehelai lidi
Sahabat baik adalah segalanya
Dan tentu saja
Dia lebih istimewa dibanding HP, laptop, gagdet kita
Yang pasti dibuang saat rusak atau ketinggalan jaman
Sahabat baik selalu sebaliknya: semakin lama, semakin istimewa
Selalu spesial.
“Ada seseorang dalam hidupmu yang ketika ia pergi, maka ia juga membawa sepotong hatimu.”
— Tere Liye - buku "Sepotong Hati yang Baru"
Tidak masuk akal jika orang2 bermental gratisan, selalu ingin diberi, tangan di bawah, menjadi orang yang rajin infaq sedekah, suka berbagi dan senantiasa berkurban.
Yang ada hanya argumen ngeles saja. Silahkan direfleksikan ke masing2. Membuang mental gratisan, penting sekali untuk menumbuhkan semangat berbagi.
*Tere Liye
Dengan "berpikir positif" kita bisa melewati samudera luas, penuh dengan badai, meski hanya menaiki perahu kecil.
Dengan "berpikir negatif", bahkan waduk kecil, tenang, cerah, naik perahu bermesin sekalipun, kita tidak kuasa tiba di tepi seberangnya
--Tere Liye
Ketika seseorang yang berilmu berdebat sia-sia, tidak habis2nya dengan orang yang bodoh, maka yang terjadi bukan si bodoh menjadi tahu, insyaf, melainkan orang yang berilmu tersebut terseret dalam sekali hingga setara dengan kebodohan lawan debatnya.
Pikirkanlah
*Tere Liye
**sy minta maaf menggunakan istilah bodoh, itu gaya bahasa untuk memperjelas situasi.
“Jika kalian tidak bisa ikut golongan yang memperbaiki, maka setidaknya, janganlah ikut golongan yang merusak. Jika kalian tidak bisa berdiri di depan menyerukan kebaikan, maka berdirilah di belakang. Dukung orang orang yang mengajak pada kebaikan dengan segala keterbatasan. Itu lebih baik.”
― Tere Liye, novel Eliana
Roda belakang motor itu tidak akan pernah bisa menyusul roda depan. Secepat apapun dia lari.
Pun dalam kehidupan. Ada hal2 yg tidak bisa dipaksakan. Menerima situasi dgn lapang, tulus, justeru membawa kebahagiaan.
*tere liye
Sayangi rasa sakit yang kita terima. Peluk dengan erat. Maka semoga rasa sakitnya berkurang.
Sungguh, apa2 yg kita tidak sukai, boleh jd itu amat baik bagi kita.
*Tere Liye
Membagikan kesedihan kepada teman2 terbaik yang mau mendengarkan, maka berkurang separuh rasa sedih itu.
Membagikan kebahagiaan kepada teman2 terbaik, sebaliknya, maka akan menjadi berkali2 lipat kebahagiaan tersebut.
*Tere Liye
“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.
Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus.
Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.”
— Tere Liye, novel “Daun yang jatuh tak pernah membenci Angin”, repos
Teman baik itu bisa siapa saja, termasuk Ibu kita, Ayah kita. Mereka bisa jadi teman yang mengagumkan.
Nah, kalau HP, laptop, itu tidak masuk definisi teman dalam situasi ini. Sesayang apapun, sebanyak apapun waktu yg dihabiskan bersamanya, tetap saja benda mati. Jangan tertukar memahaminya.
*Tere Liye
Sebenarnya begitu banyak penjelasan di sekitar kita. Hanya saja, kita sendiri yang membuatnya rumit, terus mencari penjelasan lain yang menyenangkan hati.
--Tere Liye
*Obat hati
Duhai yang sedang bersusah hatinya, yang setiap hari berserakan bikin becek jejaring sosial ini dengan keluh kesah dan curhat. Ketahuilah, obat hati itu ada lima.
Yang pertama, membaca Al Qur'an dan maknanya.
Yang kedua, dirikanlah shalat malam.
Yang ketiga, berkumpullah bersama orang2 saleh
Yang keempat, banyak2lah berpuasa.
Yang kelima, perbanyaklah zikir mengingat Allah.
Hanya itu, lima. Tidak ada disana obat hati: kalau mampet hati, curhatlah di facebook, twitter. Kalau sebal hati, curhatlah ke pesohor, motivator, yang kenal juga tidak.
Di jaman Nabi dulu, ada seorang Ayah kehilangan anak kecilnya yg berusia 10 tahunan. Aduh, sedih sekali Ayah ini, belum lagi istrinya sakit2an, keluarganya susah. Maka dia datang ke Nabi, curhat. Lantas apa kata Nabi? Nabi justeru mengingatkan agar dia banyak berzikir, mengingat Allah, dengan mengucapkan, tiada pertolongan selain pertolongan Allah.
Aduh, hari ini, orang2 lebih suka memakai logika dan kecerdasan milik dirinya untuk membantah nasehat2 seperti ini. Pakai logika, rasionalitas mereka yang seolah keren tapi kosong saja. Ayo, kita ini adalah orang2 beragama, lengkapi dengan ilmunya, biar paham posisi dan penjelasannya. Kalian curhat ke saya, apakah itu kehormatan bagi saya? Justeru sia2 seluruh nasehat di page ini yg dibagikan tiap hari secara gratis. Apakah saya bangga jadi tempat orang curhat? Ya Allah, saya sungguh malu, kenapa orang2 yg mengaku rajin membaca page ini, rajin membaca tulisan2 ini, tidak tahu kalau justeru Engkau lah tempat menerima seluruh curhat.
Maka, jika kalian memang mendesak ingin curhat, gunakanlah 5 obat hati tersebut. Banyak2 baca Al Qur'an, banyak2 mendirikan shalat malam, banyak2 berteman dgn teman2 baik, yg saleh, yg saling mengingatkan, saling menasehati (dan itu di dunia nyata, bisa kakak-adik kalian, bisa teman2 di sekolah, teman2 di masjid, teman2 di kajian, majelis ilmu), banyak2lah berpuasa, dan banyak2lah berzikir mengingat Allah. Bukan banyak2 menghabiskan waktu di jejaring sosial, yang bahkan lagi ngantri di alfamart saja mesti curhat di facebook, update status, "Bete deh, lama banget antrinya."
Berhentilah bersilat lidah dengan argumen2 dangkal dan sok tahu kita. Saya tidak kikir, pelit, sombong, dan saya sungguh dan insya Allah akan terus menasehati kalian, di page ini, gratis, mengingatkan siapapun, dan itu lebih dari cukup sebagai bukti tuduhan kalian dusta. Gunakanlah pemahaman2 baik itu sebagai pondasi. Kalianlah sumber motivasi terbaik untuk diri sendiri sepanjang punya pegangan terbaik.
Baiklah, akan saya tutup catatan ini dengan sajak,
Oh Allah, terbentang sajadah facebook
Panjang dan lama
Tapi terlipat sudah sajadah shalat kami
Kusam berdebu
Oh Allah, terbuka lebar2 kitab facebook
Seru dan menghabiskan waktu
Tapi tertutup sudah kitab suci kami
Membisu di atas meja
Oh Allah, guru2 mengaji kami ditinggalkan
Kajian2 ilmu di masjid dilupakan
Pengajian2 sepi tiada peduli
Tapi ramai sekali di sini
Di tempat yang tidak saling mengenal satu sama lain
Oh Allah, malam2 kami bangun bukan utk mengingatmu
Tapi untuk mengingat hal lain
Setiap saat mendesah menyebut bukan zikir nama Engkau
Tapi setiap saat membuka hal lain
Maka semoga tetap ada yang mengingatkan kami
Terus menasehati hakikat kehidupan terbaik
*Tere Liye
Setiap hari ada saja yang mengirim email curhat, berkeluh-kesah, minta motivasi, dsbgnya ke saya. Dan ini semakin lama kecenderungannya semakin banyak dan serius.
Adik2 sekalian, saya kan bukan siapa2 kalian, kita tidak saling mengenal. Sungguh, kalau mau bercerita, curhat, lakukanlah ke orang tua, adik, kakak, kerabat atau teman2 terbaik yang kalian kenal. Jika tidak ada, curhatlah ke psikolog, konsultan terpercaya, dsbgnya. Atau boleh kalau mau curhat lewat tulisan, menulis diary, catatan, sepanjang bukan keluh kesah di status/tweet jejaring sosial.
Jika tidak bisa juga, nah, ini waktu subuh yg tenang, silahkan curhat kepada Allah. Ini mungkin salah-satu momen yang.
*Tere Liye
*Kelilingilah
Kelilingilah diri sendiri dengan teman2 yang sibuk mengejar cita-cita, maka kita akan ikut mengejar cita-cita.
Kelilingilah diri sendiri dengan teman2 yang sibuk berkata baik, berbuat baik, maka kita akan ikut berkata baik, berbuat baik.
Kelilingilah diri sendiri dengan teman2 yang giat belajar, tak henti mencari ilmu, maka kita akan ikut giat belajar, tak henti mencari ilmu.
Kelilingilah diri sendiri dengan teman2 yang selalu menyemangati, berkata positif, memotivasi, maka kita akan ikut semangat, berkata positif dan termotivasi.
Kelilingilah diri sendiri dengan teman2 yang saling mengerti, menerima apa adanya, maka kita akan ikut saling mengerti, menerima apa adanya.
Sungguh, rumus ini tidak akan keliru.
Dan kabar buruknya; hal ini juga berlaku sebaliknya.
Kelilingilah diri sendiri dengan teman2 yang suka bicara kotor, maka dengan sendirinya kita akan ikut berkata kotor.
Selalu demikian.
Orang2 yg merindu, namun tetap menjaga kehormatan perasaannya, takut sekali berbuat dosa, memilih senyap, terus memperbaiki diri hingga waktu memberikan kabar baik, boleh jadi doa2nya menguntai tangga yg indah hingga ke langit. Kalaupun tidak dengan yang dirindukan, boleh jadi diganti yg lebih baik.
--Tere Liye, repos
“Sejatinya, rasa suka tidak perlu diumbar, ditulis, apalagi kau pamer-pamerkan. Semakin sering kau mengatakannya, jangan-jangan dia semakin hambar, jangan-jangan kita mengatakannya hanya karena untuk menyugesti, bertanya pada diri sendiri, apa memang sesuka itu”
--Tere Liye, novel "Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah”
Hidup ini harus dilalui dengan gagah perkasa. Tahan banting. Bukan ngesot, merangkak dan meratap di dinding dunia maya.
*Tere Liye
Sedikit2 mengeluh, sedikit2 curhat, tumpah ruah keluh kesah, ratapan kita di dinding jejaring sosial. Dikasih tahu baik2, biar curhat kepada Allah saja lebih baik, malah marah2, maka cepat atau lambat: kita akan menjelma menjadi "keluh kesah" yang punya kaki dan tangan. Kita menjelma menjadi monster itu.
*Tere Liye
Pertanyaan: "Saya sudah memberikan segalanya buat dia, Bang. Tapi tetap saja saya disakiti, dikhianati. Apa yang harus saya lakukan?"
Jawaban: Simpel. Itu berarti kita salah orang. Diberikan segalanya saja masih dikhianati, apalagi jika tidak. Bergegas ditinggalkan. Bukan sebaliknya, berkeluh kesah kemana2 mencari pembenaran atas keputusan amat menyedihkan yang sedang kita lakukan.
Dan btw, apalagi kalau statusnya masih pacar. Nggak banget. Capek deh. Ini 2013, bukan jaman prasejarah. Ada banyak tertulis dimana2, nasehat baik agar kita tidak pacaran.
*Tere Liye
Kenapa kita tidak diberikan Tuhan mobil keren?
Boleh jadi karena, bisa naik angkot kemana2 kita tidak becus bersyukur
Apalagi nanti dikasih mobil keren, malah tambah kurang ajar
Kenapa kita tidak diberikan Tuhan pekerjaan bergaji tinggi?
Boleh jadi karena, sudah punya pekerjaan tetap yang baik saja kita masih mengeluh
Apalagi nanti kalau sudah naik pangkat, tak berkurang keluhannya.
Kenapa kita gagal ini, gagal itu?
Boleh jadi karena, kita berhasil ini, berhasil itu selama ini tidak pernah berterimakasih
Apalagi nanti kalau berhasil semua, hanya menambah daftar panjang hitam tidak tahu terimakasih
*Tere Liye
Bukan hanya ketika melakukan hal salah kita bisa menghadapi masalah. Saat melakukan hal benar pun kita bisa menghadapi masalah yang lebih serius lagi.
Tetapi bukan berarti kita jadi tidak mau melakukannya. Itulah yang membedakan antara orang2 hidup dengan prinsip baik atau sebaliknya.
*tere liye
“Setiap cinta memiliki waktunya.
Jika sekarang belum saatnya, belum pantas, belum siap, maka bukan berarti itu tidak cinta.
Bersabar lebih baik.”
*Tere Liye
Laki2 yang baik berpasangan dengan wanita yg baik; dan sebaliknya.
Maka, jangan sedih kalau tidak merasa ganteng atau cantik buat yang cewek. Kan tidak ditulis: laki2 yang ganteng berpasangan dengan wanita yg cantik. Ganteng dan cantikkanlah diri maka akan datang jodoh yang ganteng dan cantik. Kalaupun tetap dapat yg jelek, kita tetap bisa bersyukur dengan pemahaman baik tsb.
*Tere Liye
Hargailah orang lain sebelum kita berharap orang menghargai kita.
Perhatikan kalimat, peraturan orang lain sebelum kita berharap orang2 memperhatikan kita.
Karena akan tiba masanya, kita akan kena batunya, dan harus mengunyah pahit sekali karena tidak menghargai dan memperhatikan orang lain, justeru sebaliknya malah maksa orang lain tersebut yang menghargai, mendengarkan kita.
*Tere Liye
Jangan cemas kehilangan kesempatan, selalu saja akan tersedia kesempatan lebih baik berikutnya. Tapi jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan, hal terbaik mungkin tidak datang dua kali.
*Tere Liye
Jika ragu-ragu, maka lebih baik urungkan. Jika terlalu yakin hingga ngotot, maksa, berlebihan, maka lebih baik pikirkan ulang.
*Tere Liye
Jangan pernah tergesa-gesa, hal buruk ikut menumpang pada urusan tergesa-gesa. Juga jangan pernah menunda-nunda, hal buruk juga ikut menumpang pada urusan yang ditunda-tunda.
*Tere Liye
Jangan pernah mentertawakan fisik orang lain. Jangan pernah mentertawakan hasil ciptaan Tuhan.
Aduhai, hari ini, kita bahkan tega menjadikan hal ini tontonan massal di televisi. Bertepuk tangan, tertawa bahak, bahkan tidak peduli kalau itu mentertawakan neneknya sendiri, ibunya sendiri, orang tua di sekitar kita.
*Tere Liye
Pantat & api
Jika ada nyala api sebesar rumah, tinggi menyala2, panas membara bahkan dari jarak 10 meter sudah terasa, suara kayu bakarnya bergemeletuk mengerikan, maka bagaimana agar kita bisa selamat melewati api tersebut? Tidak merasa panas? Tidak terbakar?
Jawabannya mudah, lewatilah nyala api itu secepat mungkin. Jika bisa melakukannya seperseribu detik, kita akan baik2 saja. Tidak peduli seberapa panasnya api tersebut, wusshh, melesat lewat, selesai. Tidak akan terasa panasnya. Itulah kunci melewatinya. Waktu. Kecuali kita ini sebangsa dengan Nabi, dan api bisa berbalik sifatnya justeru menjadi dingin. Tapi bagaimana bisa melesat melewati nyala api itu dengan kecepatan seperseribu detik? Nah, itu pertanyaan rumitnya, dan saya tidak tahu jawabannya.
Sekarang kita balik perumpamaannya, yang saya lebih tahu; Perhatikan sebuah lilin, bukankah kecil sekali nyala apinya? Imut menggemaskan, sama sekali tidak membahayakan, kita injak juga padam, kita tiup juga habis. Tapi coba saja kalian letakkan pantat kita di atasnya, berdetik2, bermenit2, nyala api sekecil itu tetap bisa "menggigit", menyakitkan kita, bukan? Membuat terbakar? Berteriak mengaduh.
Maka, jangan2 begitulah hidup ini. Masalah2 besar yang kita hadapi, kesusahan yang harus kita lewati, beban pikiran yang kita tanggung, sama persis seperti nyala api. Ketika beban pikiran itu besar sekali, berat sekali, maka dia ibarat nyala api sebesar rumah. Bagaimana melewatinya agar kita selamat, tidak terbakar, tidak stres, tidak berpikir negatif? Lewati secepat mungkin. Seperseribu detik. Tapi bagaimanalah melakukannya? Bukankah justeru malah membebani berhari2? Bermalam2? Membuat susah sepanjang minggu, bulan atau tahun? Nah, itu pertanyaan rumitnya, dan saya tidak tahu jawabannya.
Yang saya tahu, bahkan ketika masalah itu kecil saja, beban pikiran itu imut menggemaskan seperti nyala lilin saja, tapi ketika kita berlama2, meletakkan pantat kita di atas masalah itu, memikirkannya, maka dia tetap akan menggigit, menyakiti, membakar kita. Inilah situasi simpel yang lebih mudah dipahami.
Apakah kita akan berlama2 meletakkan pantat di sana? Itu pilihan masing2.
*Tere Liye
*Kekuasaan, Kemuliaan & Kehinaan
Rasul Allah selalu berpikir yang terbaik untuk ummatnya. Tidak ada keraguan atas itu. Pemimpin yang paling mencemaskan kesejahteraan orang2 yang dipimpinnya adalah Rasul Allah. Maka, dalam suatu peristiwa, yang diriwayatkan Qatadah, Rasul Allah pernah memanjatkan permohonan agar dua kekuatan besar saat itu: Persia dan Romawi masuk dalam islam dan menjadi ummatnya kelak.
Tapi karena sejatinya tentu saja semua kekuasaan sesungguhnya berada di tangan Allah, maka turunlah firman Allah dalam Al Imran 26. Sebuah kalimat yang sepertinya banyak orang tahu, pun seringkali dijadikan bacaan shalat, juga bacaan doa. Sebuah kalimat yang akrab di telingan kita.
Kalimatnya dalam bahasa Arab indah sekali. Here we go: quli allaahumma maalika almulki tu/tii almulka man tasyaau watanzi'u almulka mimman tasyaau watu'izzu man tasyaau watudzillu man tasyaau biyadika alkhayru innaka 'alaa kulli syay-in qadiirun.
Terjemahan doa tersebut adalah: Katakanlah (Muhammad): "Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapapun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapapun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapapun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapapun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Allah mengingatkan dalam ayat ini tentang hakikat kekuasaan, kemuliaan, dan kehinaan. Apapun itu, maka sungguh Allah yang berhak penuh menentukan urusan manapun. Mutlak.
Maka, tidakkah ayat ini menjelaskan banyak hal bagi kita. Pemahamannya terus relevan hingga kapanpun. Ketika ada seseorang yang berkuasa, maka itulah ketentuan Allah, mudah saja bagi Allah mengangkat siapapun di muka bumi ini memiliki kekuasaan. Ada tukang sapu yang menjadi presiden, ada pandai besi yang menjadi raja, pun yatim piatu miskin yang menjadi jenderal perang. Diantara penguasa2 itu, ada penguasa yang bertindak lurus dan amanah. Juga ada penguasa yang zalim nan aniaya. Apapun mereka, Allah yang memberikan kekuasaan tersebut, dan jelas, bagi penguasa yang penuh rasa syukur, dia akan paham detik kapanpun Allah berkehendak, kekuasaannya musnah bagai kabut disiram cahaya matahari pagi. Bagi penguasa yang zalim, mungkin tidak akan masuk diakal dia--karena bahkan dia merasa segala sesuatu itu berkat hebatnya dia sendiri, merasa dialah pemilik kekuasaanya; tapi dia mau atau tidak menerima fakta tersebut, sekali Allah mengambil kekuasaannya, musnah sudah seluruh kekuasaannya bagai debu disiram air bah. Tak bersisa. Bahkan tidak diingat lagi oleh generasi berikutnya. Terhapus dalam memori sejarah.
Aduhai, pun sama penjelasannya, bagi siapapapun yang sekarang sedang memiliki kemuliaan, itu sungguh bukan karena kita mulia. Kita pintar, lantas disanjung2 orang sekampung, itu bukan kemuliaan milik kita. Kita tampan/cantik, lantas dipuji2 orang sekecamatan, sekali mengerling, satu RT terperangah, itu jelas bukan kemuliaan milik kita. Pun kita kaya raya, lantas orang lain membungkuk2 hormat, orang bisa diatur-atur, itu sungguh bukan kemuliaan kita. Mana ada rumusnya, kita terkenal, populer, keren, berpengaruh gara-gara kita. Nggak ada. Sampai kapanpun, hingga sepersejuta milipun, tidak ada. Itu sungguh kehendak Allah saja.
Maka, pahamilah situasinya, pahamilah hakikatnya, agar kita bisa selalu bersyukur. Karena bagi Allah, mudah saja mengambil semua kemuliaan itu, mencabutnya, lantas menyiram kita dengan seluruh kehinaan. Tiada sifat sombong yang bisa melekat pada manusia, sifat pongah, congkak, merasa lebih baik. Bahkan jika Allah tidak melakukannya langsung di muka bumi, seluruh kekuasaan, kemuliaan dan kehinaan itu akan diperhitungkan di hari penghabisan. Toh, sehebat, semulia apapun kita, tetap akan mati, kalah oleh waktu, jadi bagaimana mungkin kita merasa itu semua milik kita.
Itulah hakikat kekuasaan, kemuliaan dan kehinaan, ayat ini adalah doa, memang tidak langsung terlihat permohonannya, tapi menyerukan, menyadari hakikatnya, jelas berarti kita menyerahkan segala urusan kepada Allah. Wahai Allah, di tangan Engkaulah segala kebajikan, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
*Tere Liye
Hari gini, masih suka marah2, sakit hati, ngajak berantem gara2 ngelihat timeline orang lain?
Aduh, nggak banget. Ayo jd pengguna internet yg sehat. Kita kenal juga nggak, tiba2 merasa tersinggung. Jadilah pengguna internet yg bisa mengambil manfaat, buang yg tidak. Fokus saja ke dinding rumah sendiri
Ketika kita menyukai seseorang, bukan berarti kita pasti akan suka selamanya. Ada masa-masa rasa suka itu berkurang, bahkan hilang sama sekali. Tetapi juga bukan berarti kalau sudah tidak suka lagi, maka selesai begitu saja.
Itulah gunanya komitmen, kepercayaan, yang akan membawa kembali perasaan suka persis seperti pertama kali dulu kenapa kita suka seseorang tersebut, atau malah lebih.
--Tere Liye
*kalimat2 ini tidak bisa digunakan untuk aktivitas pacaran kalian; nanti kalau sudah menikah, bisa digunakan pol kalimat ini
Hidup ini memang tidak mudah. Kita akan diuji, diuji dan diuji. Itu sudah dikunci dalam kitab suci.
Tapi, percayalah, kita selalu punya kesempatan bangun setiap kali jatuh terduduk; bisa minta maaf setiap kali melakukan kesalahan; bisa mengulang memperbaiki setiap kali gagal.
Kita selalu punya kesempatan untuk itu, dan semuanya kembali ke kita, mau memilih seperti apa.
*Tere Liye
Mau tampan, mau jelek, yg penting hatinya baik.
Mau kaya, mau miskin, yg penting selalu dermawan.
Mau pekerja kantoran, mau serabutan, yg penting bertanggungjawab.
Boleh pengin semuanya, tp fokuslah pada: yg penting-nya.
*Tere Liye, repos
Malam minggu seperti ini paling asyik dihabiskan buat baca buku, nonton film bagus, nonton sepakbola, berkumpul bareng keluarga, atau buat yang suka berpetualang, sedang siap2 mendaki gunung, biar tiba di puncak pas matahari terbit besok pagi.
Pacaran? Di alun2? Di fly over? Di mal2? Keluyuran nggak jelas? Caiyo, saya bingung di mana letak seru-nya.
*Tere Liye
Janganlah menyuruh anak2 kita yang masih SD membeli rokok di warung. Di luar negeri, di tempat yang bebas-sebebasnya pun, tidak ada orang tua yang bisa menyuruh anak2 mereka membeli rokok--karena ada batas minimalnya.
Ini sedih sekali kadang, sudah disuruh beli rokok, disuruh bawa motor pula, anak2 SD. Ketika kecelakaan atau kenapa2, maka yang disalahkan pemerintah, orang lain, jalan yg licin, anak2, dsbgnya, sedangkan orang-tuanya cuma nyengir.
*Tere Liye
Jangan sampai kita termasuk orang2 yang suka sekali bilang kitalah yang membuat orang lain berhasil; kitalah yang paling berjasa; kitalah yang membantu banyak.
Karena kalaupun iya, mengungkit2 kebaikan yang dilakukan bukanlah hal yang baik.
*tere liye
Jika kalian sempat, saya merekomendasikan untuk nonton Karate Kid, yg versi Jaden Smith (2010).
Bukan karena di film ini, kalian bisa melihat Jackie Chan menangis, eh, bukan itu, meski scene itu memang menarik, tapi lebih karena film ini baik untuk menumbuhkan jiwa ksatria, pesahabatan, arti keluarga, guru, proses, tekun, fokus, dsbgnya.
*Tere Liye
Selalu kendalikan rasa marah kita ke orang yang kita sayangi. Karena jangan sampai, rasa marah itu membuat kita kehilangan mereka, orang2 yang justeru kita sayangi dan sebaliknya amat menyayangi kita selama ini. Dan kita hanya bisa menyesalinya.
*Tere Liye
Kita tidak bisa mengendalikan orang lain harus bicara apa. Termasuk jika orang lain menjelek2an kita, ngomong di belakang kita. Itu di luar kendali kita, tidak bisa dilarang.
Tetapi kita selalu bisa mengendalikan sikap kita atas hal tersebut. Kita selalu bisa mengendalikan bagaimana kita meresponnya.
*Tere Liye
Perasaan itu bukan seperti "buku panduan" telepon genggam atau menu "help" di laptop. Yang bisa kita baca dengan amat detail instruksinya, pun termasuk jika ada masalah, ada solusi tertulisnya.
Perasaan adalah perasaan. Pandai-pandailah belajar membaca pertanda. Dan jangan keliru baca, jelas-jelas orang lain sudah mual, kita justeru sumringah merasa dia sedang cinta kali.
*Tere Liye
*Jikalau
Jikalau kita punya masalah, orang lain juga punya. Bahkan boleh jadi lebih rumit dan serius masalahnya.
Jikalau kita punya kebutuhan, orang lain juga punya. Bahkan boleh jadi lebih mendesak dan penting kebutuhannya.
Jikalau kita punya keinginan, orang lain juga punya. Bahkan boleh jadi lebih baik dan mulia keinginannya.
Lantas apa yang membuat kita merasa Tuhan harus memenuhi permintaan kita dibanding orang lain?
Lantas apa yang membuat kita merasa Tuhan harus mendahulukan doa-doa kita dibanding orang lain?
Maka boleh jadi, memantaskan diri sendiri di hadapan Tuhan, salah-satu cara untuk memahami hakikat kasih sayangnya.
*Tere Liye
*Ketika
Ketika semua pintu sudah tertutup, dan kita masih terus berusaha, maka itulah yang disebut kegigihan.
Ketika semua jalan buntu, dan kita masih terus maju, selangkah demi selangkah, maka itulah yang disebut persisten.
Ketika semua cara telah berkali-kali dicoba, terus gagal lagi, gagal lagi, dan kita masih terus mencoba, maka itulah yang disebut ketekunan.
Ketika semua amunisi habis, tidak ada lagi yang bisa membantu, dan kita masih terus berdiri tegak menyelesaikan tugas, maka itulah yang disebut pantang menyerah.
Dan ketika semua orang lain sudah berhenti, dan kita masih terus berusaha, maka itulah yang disebut keyakinan.
Sungguh dekat sekali orang-orang ini dengan keberhasilan. Pun kalau nasib ternyata gagal, dia tetap dekat dengan kebahagiaan. Berbahagia dengan usaha yang telah dilakukan.
*Tere Liye
Adik2 sekalian, kesuksesan di atas dunia ini kadang tidak ada korelasinya dengan ketaatan kepada Allah. Kadang tidak nampak.
Ada orang2 yang setiap malam shalat tahajud, rajin puasa daud, baik dengan tetangga, dermawan, hafiz pula, tapi hidupnya sederhana saja. Tidak top, tidak kaya raya, malah menurut kebanyakan orang nggak seru kayak artis, pejabat, konglomerat, dsbgnya itu.
Tapi bukan berarti dia tidak sukses. Tidak keren. Kitalah yang tahu apakah kita "sukses" atau tidak. Bahagia atau tidak. Termasuk kehidupan berlimpah-ruah, dari kulitnya terlihat megah, hebat maka yang bersangkutanlah yang tahu persis isi di dalamnya, dia bahagia atau tidak.
Nah, yang pasti, kehidupan kelak di akherat, jelas memiliki korelasi sempurna dengan tingkah laku kita di dunia hari ini. Tidak akan tertukar.
*Tere Liye
Mau kita ganti dengan istilah "ta'aruf", mau kita ganti dengan istilah "abi, umi" pas manggil pacar masing2, mau dilengkapi dengan kalimat, "aku sayang kamu karena Allah, dek", "eh, abi nonton juga ya film itu? subhanallah bagus ya." Mau boncengan motor sambil baca doa perjalanan, zikir, mau apa saja, JIKA sekali substansinya pacaran, ya tetap saja namanya pacaran.
Jangan dicampur2, jangan dibungkus2. Tidak ada solusi atas masalah "perasaan" selain: tinggalkan, sibukkan dengan hal2 positif atau segera saja sana menikah. Hanya dua itu pilihan bagi pria pemberani dan wanita tegas.
*Tere Liye
*Doa sapu jagad
Hampir semua orang tahu doa ini: "Rabbana atina fid-dunya hasanatan wa fil 'akhirati hasanatan waqina 'adzaban-nar." Sejak kecil kita terbiasa mendengarnya. Bahkan orang2 yang tidak bisa membaca Al Qur'an sekalipun, dia bisa fasih membacanya. Doa sapu jagad. Doa pamungkas, "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka".
Doa ini langsung diajarkan dalam Al Qur'an, di Al Baqarah 201. Lantas apa musabab doa ini diajarkan? Apa penyebab turunnya ayat tersebut. Juga sudah ada penjelasannya di ayat sebelumnya. Di Al Baqarah 200, "...... Maka di antara manusia ada orang yang berdo'a: "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia", dan di akhirat dia tidak memperoleh bagian apapun."
Dulu, sebagian orang2 Arab ketika kembali dari haji, singgah di Jamarat (tempat melempar jumrah), mereka hanya sibuk berdoa: "ya Allah, jadikanlah tahun ini penuh dengan hujan, kebun kami panennya melimpah, tahun penuh kebaikan dan keberkahan" namun mereka sama sekali tidak menyebut urusan akhirat. Orang2 yang hanya peduli atas urusan dunia saja. Maka atas kondisi tersebut, turunlah ayat 200 dan kemudian di susul ayat 201 Al Baqarah.
Tentu saja ayat dan doa ini relevan hingga hari kiamat. Tidak hanya bagi orang2 Arab lama itu. Penjelasannya juga relevan atas setiap kasus yang sama. Siapapun yang berdoa hanya untuk urusan dunia, maka itulah yang akan dia peroleh. Siapapun yang hanya berkepentingan dengan dunia, pun hanya itulah yang akan dia dapat.
Maka, mari kita kembangkan penjelasan dan analoginya. Termasuk, barangsiapa yang mencari ilmu pengetahuan hanya karena kepentingan dunia, maka hanya dunialah yang dia peroleh. Orang2 yang bekerja untuk kepentingan dunia, pun sama. Dan termasuk, orang2 yang menikah, berkeluarga hanya karena alasan dunia, maka itulah yang akan diperolehnya.
Akan berbeda kasusnya jika dilengkapi dengan pemahaman untuk kebaikan akherat, serta lindungilah kami dari azab neraka, maka dia pun akan memperoleh bagiannya. Sungguh: "Mereka itulah yang memperoleh bagian dari apa yang telah mereka kerjakan, dan Allah maha cepat perhitungannya." Al Baqarah 202.
*Tere Liye
'Pintu hati' itu tidak seperti pintu bendungan, yang kapanpun aman dibuka tutup, tidak merembes. Dalam urusan perasaan, sekali pintu hati dibiarkan terbuka, maka susah payah menutupnya kembali, tetap merembes, bahkan lubang bocornya jebol dimana2, membahayakan seluruh bendungan.
Maka, jika kita belum siap, belum niat serius, maka jangan suka membuka tutup pintu hati. Dan tentu saja, jangan mau digombalin oleh orang yg terbiasa sekali membuka tutup pintu hatinya. Lah, pintu bendungan dunia nyata saja hanya dalam kondisi tertentu dibuka tutup.
--Tere Liye, repos
Ketika kita memiliki teman, maka bukan berarti kita pasti akan selalu bersamanya. Ada masa-masa kita harus pindah, mengambil kesempatan, melanjutkan sekolah, pekerjaan. Tetapi juga bukan berarti kalau sudah berpisah, maka selesai begitu saja.
Itulah gunanya persahabatan yang sejati, teman lama selalu menjadi teman, atau malah lebih spesial saat bertemu kembali, menjalin kontak kembali. Hei, jika HP, laptop, komputer, mengasyikkan kalau punya yang baru, tapi teman, semakin lama, semakin mengasyikkan.
Selalu begitu.
*Tere Liye, repos
Teman baik selalu membicarakan hal yang baik-baik tentang kita di belakang. Teman sejati lebih-lebih lagi dari itu, dia bahkan selalu berusaha meluruskan jika ada orang yang menilai keliru tentang kita.
Maka, jelas sekali bukan termasuk teman kita seseorang yang suka bicara menjelek2an kita di belakang. Jangan keliru berteman, dan sebaliknya pastikan bukan kita yang suka bicara di belakang tersebut.
*Tere Liye
Dakilah gunung2 tinggi. Kunjungi hamparan danau2 luas. Selami lautan indah. Datangi desa2 terpencil. Lewati hutan2 lebat, padang rumput, stepa, sabana.
Ayo, itu sungguh akan menjadi pengalaman hidup yang baik. Merasakan kebesaran Allah, mencintai alam sekitar, menurunkan nafsu nyolot dan sok tahu.
Mumpung usia kalian masih muda. Tidakkah kalian ingin menjejakkan kaki di gunung Kerinci, Rinjani, Semeru, atau hingga Jaya Wijaya?
*Tere Liye
My dear anggota page yang wanita, kalau kalian berharap bisa menarik perhatian pria baik-baik, bertanggungjawab dengan pakaian mini, lipstik merah menyala, maka kalian gagal total. Yang tertarik justeru pria jenis lainnya.
Juga sama, kalau kita merasa suara dimanja-manjakan, merengek tak penting, bertingkah seperti kanak-kanak, maka yang tertarik justeru pria jenis lainnya, yang kalian sendiri bisa membayangkan mutu serta kualitas pria tersebut.
*Tere Liye
*Sajak jangan terlalu
Jangan terlalu mengejar nilai, ijasah, nanti kita lupa hakikat belajar yang sebenarnya.
Jangan terlalu mengejar hasilnya, nanti kita lupa hakikat kesuksesan yang sesungguhnya.
Jangan terlalu mengejar kemenangan, piala, trophi, nanti kita lupa hakikat pertandingan.
Jangan terlalu mengejar kehidupan, materi, nanti kita lupa hakikat hidup ini sendiri, dan lupa melaluinya penuh kesyukuran.
Dan terakhir, my dear, jangan terlalu mengejar seseorang, memilikinya, nanti kita tidak akan pernah paham hakikat memiliki sebenarnya.
*Tere Liye
Mengendalikan harapan sama persis seperti kita mengendalikan stang motor atau setir pada mobil. Semakin jago kita mengendalikannya, maka semakin lancar hidup kita.
Orang-orang yang pandai mengendalikan harapan miliknya, maka dia dekat dengan kebahagiaan.
*Tere Liye
Orang2 yang memilih diam, bukan berarti dia tidak punya argumen tajam atau pendapat gemilang. Tapi dia memilih diam lebih karena dalam banyak, lebih baik mulai melakukan sesuatu secara kongkret dibanding terus bicara.
*Tere Liye
*Orang sungguh
Orang sungguh baik itu bukan karena berharap balas, apalagi penuh perhitungan, tapi semata karena dia berharap janji Tuhannya.
Orang sungguh sabar itu bukan karena terpaksa, tidak ada pilihan, tapi semata karena dia memutuskan percaya pada Tuhannya.
Orang sungguh berani itu bukan karena sedang ramai, banyak yg membela, tapi semata karena dia bergantung pada Tuhannya.
*Tere Liye
Bagi orang yang meyakininya, maka Allah selalu dekat dengannya.
Bahkan ketika seseorang menangis terisak, menyebut "Oh Allah", mengadukan semua beban hidup, menghamparkan semua kesedihan, Allah jelas telah hadir di sana. Tidak peduli meski tangisan itu datang di kamar paling sempit, gelap, di sudut dunia yang paling terpencil dan tidak dipedulikan mahkluk.
Allah telah hadir. Seketika.
*Tere Liye
Hewan, mencari pasangan karena tampan, cantik, kuat, aroma badan, teritori, dan ukuran tampilan fisik duniawi lainnya. Silahkan merujuk buku2, tonton discovery channel, national geographic agar kalian tahu soal ini.
Itu hewan. Manusia? Pikirkan sendiri, mau disamakan dgn hewan atau tidak.
*Tere liye
Ada banyak anak2 dari keluarga miskin yg ingin sekolah. Terpaksa putus sekolah karena tdk punya uang, harus bekerja.
Maka bersyukurlah kalau kita bisa sekolah, jalani dgn baik, jangan malas, menunda2, dan menyepelekan kesempatan sekolah tsb.
*tere liye
Salah-satu argumen favorit orang2 yang malas adalah: "ah, banyak kok yang putus sekolah, tapi sukses, jadi kaya raya."
Sama sekali tidak tahu kalau orang2 yang dia bilang itu, putus sekolah karena terpaksa, atau harus memikul tanggung-jawab, atau sudah menemukan passion, semangat, ketekunan di tempat lain.
Kitalah yang tahu persis apakah kita ini bersilat lidah, banyak omong, ngeles, argumen atas situasi nilai2 sekolah yang buruk, putus sekolah, dsbgnya.
Sebelum terlalu terlambat, segera dipikirkan, diperbaiki, kembali tekun dan semangat, maka semoga kalian bisa membuktikan menjadi orang berikutnya yang sukses.
*tere liye
Kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar ke orang2 yang suka sekali bersilat lidah, berdebat, memutar-balik kalimat. Tidak usah. Sekeren apapun penjelasan, nasehat kita tetap saja mereka akan ngeles, punya segudang argumen.
Fokus saja kepada yang bersedia mendengarkan, lantas berdoa semoga entah di pembicaraan ke berapa orang2 yang tidak mau mendengarkan tergerak hatinya.
Urusan menggerakkan hati itu adalah urusan Allah.
*Tere Liye
Banyak loh orang2 yang baru pacaran seminggu, sudah panggil "mama, papa". Dahsyat, kan? Lantas bagaimana kalau tiba2 seminggu kemudian mereka putus? Mereka saling manggil apa?
Saya tidak tahu. Tapi menurut pendapat beberapa orang, mengacu pada gaya mereka, maka mungkin akan dipanggil, "janda, duda".
Mari sibukkan masa muda dengan belajar dan aktivitas positif menyenangkan. Tidak akan berkurang indahnya masa muda kita walapun tidak pacaran.
*Tere Liye
Tidak ada yang kebetulan di muka bumi. Semua adalah skenario Tuhan, pemilik rencana paling sempurna.
Dengan meyakini semua adalah skenario dari Tuhan, kita bisa menerima kejadian apapun dengan lapang dada sambil terus memperbaiki diri, agar tibalah skenario yang lebih baik lagi.
*Tere Liye
Banyak2lah membaca buku, agar mengerti ragam dan gaya bahasa. Kadang kita salah-paham, marah2, tersinggung, simpel karena tidak paham maksud dan tujuan sebuah tulisan.
Nah, kalian mau tahu 'buku' apa yang memiliki ragam bahasa paling kaya? Paling elok? Paling komprehensif?
Al Qur'an. Tidak paham bahasa Arab, silahkan dibaca-sertai dengan terjemahannya.
Terlihat sekali bedanya antara orang yang paham sebuah tulisan, dengan hanya bisa membaca sebuah tulisan.
*Tere Liye
*Sajak kenapa kita
Kenapa kita harus saling menasehati? Jawabannya bukan karena kita sudah bijak pol, sudah keren maksimal menjalani hidup ini jadi pantas memberi nasehat.
Tapi karena justeru kita sering mengalami masalah, dan kita tahu persis betapa tidak enaknya ketika orang2 pergi, tidak peduli, tidak ada yang membesarkan semangat dengan satu dua potong kalimat baik penuh hikmah.
Kenapa kita harus menolong orang lain? Bukan karena kita ini sudah jadi superman, sudah jago menolong siapapun. Melainkan, karena justeru kita pernah mengalami kesusahan, kesulitan hidup, dan kita tahu persis betapa tidak enaknya ketika tiada yang bersedia menolong.
Dan terakhir, kenapa kita harus senantiasa memberi? Jawabannya juga bukan karena kita ini sudah kaya raya, punya segalanya, bukan karena itu. Melainkan, karena kita pernah tidak punya apa-apa, dan kita tahu rasanya tidak memiliki apapun.
Inilah sajak kenapa kita. Sungguh beruntung orang2 yang paham.
*Tere Liye
"Pacarku serius kok, Bang. Kita juga pacaran tidak buat main2."
Saya benar2 tidak paham kalimat ini. Sejak kapan pacaran itu masuk kategori hubungan serius? Tidak main2? Orang2 yg pacaran itu hanya satu seriusnya: serius untuk berasyik2 pacaran, main2 dengan perasaan.
*Tere Liye, repos
Ada ratusan gunung gagah perkasa di sekitar kita. Bahkan ada yang hanya berjarak hitungan menit saja untuk tiba di kakinya dari rumah kita.
Tidakkah kalian tertarik mendaki? Melakukan perjalanan hingga puncaknya, menatap kejauhan. Maka rasakan sensasi kebesaran Tuhan, hidup yang bersahaja, bersahabat dengan alam.
Pendaki gunung yang tulus, insya Allah akan tumbuh menjadi orang yang mengerti banyak hal.
Mulailah petualangan itu.
*Tere Liye
Setiap hari ada 33 juta penduduk Indonesia yang membuka facebook. Itu angka menakjubkan, dan pangsa pasar empuk.
Jika kalian pintar, jenius, kalian bisa kaya raya, tajir berat dengan memanfaatkan jejaring sosial. Bergegaslah. Jangan habiskan buat nongkrong, bengong, menghabiskan waktu.
*Tere Liye
Orang2 yang menulis, komen, bicara di balik nama/akun palsu, tidak jelas siapa orangnya, tidak bisa diketahui siapa aslinya, maka itu sama sekali tidak keren.
Kita fatal sekali kalau menganggap orang2 ini hebat. Didengarkan, dipuji2, diikuti, di-share, dijadikan sumber, dsbgnya.
Puluhan tahun silam, sebelum jejaring sosial hadir, bahkan orang tua kita sudah menasehati: janganlah kamu lempar batu sembunyi tangan, Nak.
*Tere Liye
*Ketergantungan
Ada 6 level kecanduan zat adiktif bagi manusia. Level pertama yang paling ringan adalah kecanduan kopi; yang kedua adalah kecanduan marijuana/ganja; yang ketiga adalah kecanduan alkohol; yang keempat adalah kecanduan heroin; yang kelima adalah kecanduan morfin, dan yang paling tinggi levelnya adalah kecanduan nikotin. Jika kalian belajar kesehatan (apalagi seorang dokter); atau punya teman yang mengerti, silahkan konfirmasi hal ini, biar tidak merasa saya apusi/tipu.
Nah, kalau sudah dikonfirmasi, sungguh semua orang harus tahu, kecanduan nikotin (rokok) justeru ada di puncaknya.
Bagi saya, pertanyaan paling menarik, bukan hal2 terkait ini, atau membantahnya; karena jelas orang2 kedokteran lebih paham (dan sama saja sok tahu kalau saya membantahnya); yang menarik adalah, jika demikian adanya, kenapa industri rokok begitu raksasa hari ini? Kalau kita tahu betapa berbahayanya nikotin, kenapa dibiarkan begitu saja?
Maka jawabannya ada dua. Yang pertama, tentu saja karena orang2 yang merokok keberatan dibilang sebagai pencandu. Mereka menuntut merokok dilegalkan, tidak mau disamakan dengan alkohol atau narkoba; Sudah rumus umum, hal2 yang menyenangkan (tapi merusak) seperti rokok ini, tentu banyak peminatnya. Apakah perokok tidak sadar itu merusak? Mereka amat sadar sesadarnya. Kenapa mereka tidak mau berhenti? Inilah yang menjelaskan kenapa kecanduan nikotin duduk dipuncak jawara zat adiktif.
Yang kedua, alasan yang lebih rumit lagi, ini murni bisnis. Industri rokok besar sekali; di Indonesia saja, satu perusahaan rokok bisa untung 10 triliun setiap tahun, itu uang melimpah ruah. Jika sesuatu itu uangnya besar, maka tanpa diminta, banyak orang yang merasa berkepentingan. Saat banyak orang yang merasa berkepentingan, tanpa perlu dibujuk, disuruh, mereka sudah bersedia membela.
Dalam situasi yang sudah terlanjur ini, saya kira, tidak ada gunanya mengurusi orang2 yang sudah merokok. Dan jelas kalian GR deh kalau merasa saya sedang rese dengan kalian yang merokok. Dinasehati atau tidak, sama saja reaksi mereka. Lebih baik fokus kepada yang belum dan tidak akan merokok. Itulah gunanya kampanye tidak merokok ini harus digalang, didukung oleh orang2 yang masih memiliki konsen kepedulian--dan semoga itu termasuk kalian.
Ada berita terbaru yang menakjubkan, dewan kota New York baru saja menyetujui menaikkan usia minimum untuk membeli rokok, dari usia 18 tahun menjadi 21 tahun. Ini keren sekali, di kota paling bebas, di negara paling bebas, regulasi merokok telah beranjak ke level berikutnya. Kota ini tahu sekali biaya dan buruknya kebiasaan merokok, mereka berhitung dengan akal sehat, lantas membuat peraturan yang semakin menyulitkan rokok.
Di negara2 maju, regulasi merokok juga semakin mencekik. Kota2 Australia misalnya, mereka semakin memperbanyak daftar tempat terlarang merokok, tidak bisa seenaknya merokok. Negara2 maju di Eropa juga menaikkan cukai habis2an, rokok jelas bukan barang murah, karena para perokok tahu sekali resiko kena kanker, jantung, dll, jadi mereka pastilah orang kaya. Banyak perusahaan rokok di luar negeri pindah ke negara2 berkembang, karena bisnis di negara mereka lesu dan suram. Indonesia salah-satunya target pasar yang empuk.
Saya sungguh tidak tahu ke arah mana di negeri ini soal rokok, karena faktanya sangat menyedihkan. Sebagian perokok kita datang dari keluarga miskin, yang malah menghabiskan uang mereka utk merokok, bukan utk gizi, atau pendidikan. Mereka berada dalam cekikan bisnis rokok--yang justeru datang dari negara2 maju. Kelas menengah dan orang2 terdidik yg seharusnya berpikir sehat, malah menghabiskan waktu membahas tentang buruh, tenaga kerja, pajak. Lupa tentang fakta paling simpel: kita tidak bisa membenarkan sesuatu hanya karena alasan ekonomi saja.
Semoga masih banyak orang2 yang peduli, yang berani terus konsisten menyuarakan soal rokok ini.
Sekali lagi, saya sedang tidak rese membahas kalian yg sudah merokok; saya sedang mengurus anggota page ini yang masih remaja, merekalah yang sedang saya ajak bicara.
*Tere Liye
Update 13 Maret 2014
7 Peraturan Jatuh Cinta
Kalian harus menguasai 'peraturan jatuh cinta' sbb:
1. Jatuh cinta itu memulainya amat mudah, tapi menghentikannya susah payah.
Pahami peraturan sederhana ini. Buat kalian yang belum pernah jatuh cinta mungkin tidak tahu, tapi buat yang sekarang lagi patah hati, mereka sudah level S-3 atau profesor pahamnya. Maka, kalau kalian percaya dengan peraturan ini, berhati2lah selalu untuk jatuh cinta, bukan sebaliknya, malah asyik bermain dengan perasaan. Jangan coba2 membuka bendungan hati kalian, nanti jebol tidak terkendali.
2. Jatuh cinta itu tidak pernah rumit. Sederhana. Selalu sederhana. Tapi orang2nya lah yang membuat rumit.
Camkan baik2. Lagi2, buat kalian yang belum pernah jatuh cinta mungkin tidak paham, tapi besok lusa, ketika kalian mencemplungkan diri dalam urusan ini, ingat peraturan tersebut. Kitalah yang selalu membuat rusuh, galau, ribet, bego diri sendiri. Jatuh cintanya sih nggak. Cinta itu selalu simpel. Orang2nya yg rumit. Dalam urusan yang sudah pasti sekalipun orang2 tetap saja membuat rumit, apalagi dengan perasaan tidak jelas, hubungan tdk lurus, lebih rumit lagi.
3. Cinta itu bisa redup, bahkan padam, pun juga bisa menyala tinggi. Tergantung kita.
Bohong banget kalau cinta orang itu terussss saja menyala tinggi. Itu hanya trik pemasaran film, buku2, dsbgnya. Dilebih2kan, biar yang nonton atau baca senang hatinya. Cinta itu persis seperti api unggun. Kita sendiri yang menentukan apakah api unggun itu akan terus menyala atau padam. Nah, kebanyakan, orang2 bahkan sukarela menyiram api unggunnya dengan minyak tanah sekontainer, maka menyala tinggilah dia sesaat, membakar dirinya sendiri, merusak. Tanpa sempat berpikir, apakah perasaannya itu sungguhan atau karena dia tidak mampu mengendalikan diri. Tanyakan ke orang tua kalian, yang membuat pernikahan itu awet hingga 50 tahun, bukan karena cintanya terus menyala tinggi. Tapi karena mereka punya komitmen, kepercayaan. Dengan dua hal tsb mereka memutuskan untuk jatuh cinta lagi, jatuh cinta lagi pada suami/istrinya hingga bertahan puluhan tahun.
4. Jatuh cinta itu tidak bisa membuat kenyang. Pun, jatuh cinta tidak bisa membuat kita produktif.
Saya serius. Memang betul, orang2 bisa saja enggan makan saat hatinya sedang riang karena cinta. Tapi itu tidak membuat kenyang. Come on, lebih penting krisis kelaparan di negara Afrika sana dibanding krisis cinta satu dunia. Jika kalian paham peraturan ini, maka kalian akan tahu: ada banyak hal lebih penting dibandingkan urusan jatuh cinta. Juga benar, orang2 yang jatuh cinta memang lebih kreatif, lebih semangat, tapi itu tidak membuatnya otomatis produktif. Saat dia berhasil membuat novel, lagu atau karya2 monumental, itu karena ybs sendiri memang produktif, bukan karena perasaan tsb. Coba saja lihat, milyaran orang2 jatuh cinta, tdk semuanya jadi pencipta karya masterpiece.
5. Jatuh cinta itu harus diuji, bukan diterima apa adanya
Hari ini, banyak sekali orang2 yang mudah jatuh cinta, lantas bilang, telah kuberikan segalanya untuknya. Aduh, kalian kebanyakan nonton film atau baca buku tentang cinta deh. Jatuh cinta itu butuh diuji, habis2an. Bukan dengan tangan terbuka malah diterima begitu saja. Bahkan dalam fase paling awal, ketika perasan itu mulai berkecambah di hati. Jika kalian menyukai orang lain misalnya, maka silahkan diuji. Minimal uji dengan waktu dan jarak. Apakah perasaan tsb memang semakin besar atau semakin kecil. Habis2an diujinya. Bila perlu disimpan dalam hati selama bertahun2. Jika memang jodohnya, pasti akan jadi. Bukan malah terlihat murahan banget. Di jejaring sosial, berceceran, tumpah bikin becek di mana2 perasaan kita.
6. Jatuh cinta itu bukan alat pembenaran diri.
Contoh paling kacau adalah ketika dua orang sesama jenis bilang mereka jatuh cinta dan maksa menikah? Hello, memangnya dengan kata cinta kita bisa menganulir berjuta peraturan dunia? Bilang semuanya jadi oke dan dibenarkan. Hei, 'cinta' itu bukan argumen. Maka juga saat ada pasangan beda agama ingin menikah, 'cinta' itu bukan alat pembenaran, yang kemudian membuat gugur peraturan lainnya. Kalau pengin melanggar peraturan agama, langgar saja, tidak perlu bawa2 kata cinta. Pahami peraturan ini, cinta bukan alat pembenaran, buat kalian yang mencemplungkan diri dalam perasaan ini, maka 'cinta' bukan alasan kalian menyerahkan segalanya, 'cinta' bukan pembenaran untuk disakiti, 'cinta' bukan pembenaran untuk merusak diri sendiri. Please, jangan mau dibuat bego.
7. Kita yang mengendalikan perasaan, bukan sebaliknya.
Pahami peraturan ini baik-baik. Mau seheboh apapun perasaan itu, kitalah yang mutlak mengendalikan kemudi perasaan. Jangan ijinkan perasaan mengambil-alih. Gunakan akal sehat. Kalian harus tahu, utk orang yang jatuh cinta, bahkan saat yg dicintainya itu jahat, dia tetap saja merasa baik. Saat yg dicintainya itu berkhianat, selingkuh, dia tetap saja punya alasan atau penjelasan baiknya. Padahal, orang sedunia juga tahu itu tindakan bodoh. Kenapa tetap dilakukan? Karena dia membiarkan perasaan mengendalikan akal sehatnya. Jika kita tidak mampu utk mengendalikan kemudinya, minta pendapat orang lain, seperti orang tua, sahabat baik, dengarkan nasehat mereka, bukan sebaliknya.
Silahkan pahami 7 peraturan jatuh cinta ini.
*Jenis-jenis gombal
(Gombal kelas internasional)
Bilang ke pacar 'Aku cinta kamu karena Allah, dek." Pacar? Sambil pegangan tangan? Mesra2an. Aduh, nggak banget deh. Jangan bawa2 Tuhan utk urusan pacaran yg jelas melanggar banyak peraturan Tuhan. Malaikat saja mungkin gerah berada di sekitar, mungkin pergi ratusan kilometer, menjauh.
(Gombal kelas nasional)
Orang pacaran yg ngaku2: "Cinta kita suci, ini anugerah Tuhan yang tidak kita minta." Sambil mojok berdua. Asyik berduaan, asyik pegangan tangan. Suci? Tapi dikotori dengan pacaran, yg melanggar begitu banyak peraturan Tuhan. Ya ampun sejak kapan pacaran masuk dalam definisi suci.
(Gombal kelas provinsi)
"Nggak juga bang tere, pacar aku serius kok". Wushhh, hening deh. Serius? Sejak kapan pacaran masuk definisi serius? Kalau serius ya menikah. Satu-satunya keseriusan dalam pacaran adalah: serius pacaran. Asyik masyuk, menghabiskan waktu untuk sesuatu yang tidak bermanfaat.
(Gombal kelas kabupaten)
"Kami pacarannya islami kok, tahu batas-batasnya." Ya ampun, justeru dengan pacaran, batas terbesarnya sudah dilanggar. Kalau memang ada pacaran islami, maka besok lusa, acara bergosip di televisi akan ngaku gosip islami. Yang pembawa acara gosipnya seperti cacing kepanasan akan membuka acara dengan: "Hei hei pemirsa, assalammualaikum, hallllo apa kabar sih? Kalian tahu nggak penonton, masya Allah, subhanallah, kucing sebelah rumah selingkuh. Astagfirullah. Mari kita berdoa semoga selingkuhannya diberikan jalan tobat, Allah SWT berfirman, Rasul Allah bersabda, dst, dstnya."
(Gombal kelas kecamatan)
"Beneran loh, Bang, pacaran itu menambah semangat belajar." Oh iya? Lantas hitung sendiri nanti ya, berapa banyak waktu sia-sia yang dihabiskan, berapa banyak galau, tidak menentu. Dan silahkan cek sendiri, apakah kalian jadi peserta olimpiade Matematika dunia dan dapat medali emas gara2 pacaran. Kalau mau jujur2an, mau mendengarkan, mau obyektif, besok lusa, saat kalian sudah 40, 50 atau 60 tahun, pikirkan, apakah memang ada manfaatnya pacaran jaman kalian masih remaja dulu?
(Gombal kelas RT/RW)
"Aku rela berkorban demi dia". Bela-belain beli kado, hadiah, buat siapa? Pacar? Tapi beliin orang tua, adik, kakak, kado, hadiah malah amit2. Bela-belain ngantar siapa tadi? Pacar? Rela hujan2an, rela ngutang, rela semua. Tapi ngantarin orang tua, adik, kakak, malah ogah.
*Saya menulis postingan ini hanya untuk yang mau mendengarkan. Hanya yang mau memikirkan. Ingatlah selalu, masa-masa remaja kita itu pendek sekali, hanya berapa tahun sih? Tapi masa tua kita, terbentang panjang puluhan tahun, bahkan berpuluh2 tahun. Jangan sampai kalian mengorbankan masa remaja yang spesial tersebut, karena kita akan hidup puluhan tahun dengan sisanya. Banyak2lah belajar, fokus sekolah, menambah ilmu pengetahuan, habiskan waktu bersama adik, kakak, keluarga, bersama teman2 terbaik yang saling mengingatkan. Akan datang dengan sendirinya kok masa2 mengharu biru itu, tidak usah buru2, apalagi hanya pengin tahu, coba2. Yakinlah, besok lusa, dengan pemahaman yang baik, tahu batasnya, tahu cara menyikapinya cerita cinta kita akan happy ending.
(Gombal kelas internasional)
Bilang ke pacar 'Aku cinta kamu karena Allah, dek." Pacar? Sambil pegangan tangan? Mesra2an. Aduh, nggak banget deh. Jangan bawa2 Tuhan utk urusan pacaran yg jelas melanggar banyak peraturan Tuhan. Malaikat saja mungkin gerah berada di sekitar, mungkin pergi ratusan kilometer, menjauh.
(Gombal kelas nasional)
Orang pacaran yg ngaku2: "Cinta kita suci, ini anugerah Tuhan yang tidak kita minta." Sambil mojok berdua. Asyik berduaan, asyik pegangan tangan. Suci? Tapi dikotori dengan pacaran, yg melanggar begitu banyak peraturan Tuhan. Ya ampun sejak kapan pacaran masuk dalam definisi suci.
(Gombal kelas provinsi)
"Nggak juga bang tere, pacar aku serius kok". Wushhh, hening deh. Serius? Sejak kapan pacaran masuk definisi serius? Kalau serius ya menikah. Satu-satunya keseriusan dalam pacaran adalah: serius pacaran. Asyik masyuk, menghabiskan waktu untuk sesuatu yang tidak bermanfaat.
(Gombal kelas kabupaten)
"Kami pacarannya islami kok, tahu batas-batasnya." Ya ampun, justeru dengan pacaran, batas terbesarnya sudah dilanggar. Kalau memang ada pacaran islami, maka besok lusa, acara bergosip di televisi akan ngaku gosip islami. Yang pembawa acara gosipnya seperti cacing kepanasan akan membuka acara dengan: "Hei hei pemirsa, assalammualaikum, hallllo apa kabar sih? Kalian tahu nggak penonton, masya Allah, subhanallah, kucing sebelah rumah selingkuh. Astagfirullah. Mari kita berdoa semoga selingkuhannya diberikan jalan tobat, Allah SWT berfirman, Rasul Allah bersabda, dst, dstnya."
(Gombal kelas kecamatan)
"Beneran loh, Bang, pacaran itu menambah semangat belajar." Oh iya? Lantas hitung sendiri nanti ya, berapa banyak waktu sia-sia yang dihabiskan, berapa banyak galau, tidak menentu. Dan silahkan cek sendiri, apakah kalian jadi peserta olimpiade Matematika dunia dan dapat medali emas gara2 pacaran. Kalau mau jujur2an, mau mendengarkan, mau obyektif, besok lusa, saat kalian sudah 40, 50 atau 60 tahun, pikirkan, apakah memang ada manfaatnya pacaran jaman kalian masih remaja dulu?
(Gombal kelas RT/RW)
"Aku rela berkorban demi dia". Bela-belain beli kado, hadiah, buat siapa? Pacar? Tapi beliin orang tua, adik, kakak, kado, hadiah malah amit2. Bela-belain ngantar siapa tadi? Pacar? Rela hujan2an, rela ngutang, rela semua. Tapi ngantarin orang tua, adik, kakak, malah ogah.
*Saya menulis postingan ini hanya untuk yang mau mendengarkan. Hanya yang mau memikirkan. Ingatlah selalu, masa-masa remaja kita itu pendek sekali, hanya berapa tahun sih? Tapi masa tua kita, terbentang panjang puluhan tahun, bahkan berpuluh2 tahun. Jangan sampai kalian mengorbankan masa remaja yang spesial tersebut, karena kita akan hidup puluhan tahun dengan sisanya. Banyak2lah belajar, fokus sekolah, menambah ilmu pengetahuan, habiskan waktu bersama adik, kakak, keluarga, bersama teman2 terbaik yang saling mengingatkan. Akan datang dengan sendirinya kok masa2 mengharu biru itu, tidak usah buru2, apalagi hanya pengin tahu, coba2. Yakinlah, besok lusa, dengan pemahaman yang baik, tahu batasnya, tahu cara menyikapinya cerita cinta kita akan happy ending.
Siapa yang pernah kehilangan harta benda?
Kehilangan HP, laptop, dompet?
Istigfar lu Ndro Maka jangan pernah sekali-kali menyalahkan Allah
Berseru, "Allah tidak adil."
Istigfar Lu, Ndro
Allah terlalu kaya untuk mengambil harta kita
Dialah yang memiliki semesta alam
Siapa yang pernah kehilangan kesempatan?
Kesempatan sekolah, kesempatan pekerjaan?
Maka jangan sedikitpun menyalahkan Allah
Berseru, "Allah kejam sekali."
Istigfar Lu, Ndro
Allah terlalu pemurah untuk menutup kesempatan kita
Sungguh Dialah yang menciptakan kehidupan,
Yang darinya muncul berjuta kesempatan
Siapa yang pernah kehilangan orang yang disayangi?
Suami? Istri? Anak?
Maka jangan tergoda menyalahkan Allah
Berteriak, "Kenapa tidak aku saja?"
Istigfar Lu, Ndro,
Allah terlalu penyayang untuk mengambil orang yang kita sayangi
Dialah yang masih pengasih dan penyayang
Siapa yang pernah gagal rencananya?
Gagal semua yang sudah disusun?
Maka jangan pernah menyalahkan Allah
Marah2 bilang, "Sampai kapan? Puas?"
Istigfar Lu, Ndro
Allah terlalu sempurna rencananya untuk gagal
Dialah yang maha merencanakan,
dan pasti sempurna sudahlah
Lantas kenapa beban kehidupan itu datang?
Silih berganti terasa, menghimpit dada rupanya, dan membuat sesak?
Kemudian kenapa semua kejadian harus terjadi?
Membuat kaki melangkah berat, nafas menghela panjang?
Karena Allah mencintai kita.
Di mana-mana, tentu saja, cinta itu harus diuji.
Mengertilah, hal yang sangat sederhana ini
Allah mencintai kita, maka Allah menguji kita
Sungguh tidakkah kita ingin membalas cinta tersebut?
Dengan selalu mengingat, menyebut, bersama
Maka semoga kita bisa membalas rasa cinta itu dengan baik
Jadi berhentilah keliru sekali memahaminya
Istigfar Lu, Ndro
Everlasting
Saat kita sedang sendiri, kesepian, dalam masalah, membutuhkan teman, lantas teringat dengan seseorang, berharap banyak dia akan membantu, atau setidaknya mengusir sedikit gundah-gulana. Apakah itu disebut cinta? Tentu saja. Tetapi kalau demikian, bukankah cinta jadi tidak lebih dari seperangkat obat? Alat medis penyembuh? Selesai malasahnya, saat kita kembali semangat, sembuh, maka persis seperti botol-botol obat, seseorang itu bisa segera disingkirkan. Sementara, dong? Temporer? Juga tentu saja, kecuali kita selalu sakit berkepanjangan, dan mulai mengalami ketergantungan dengan seseorang tersebut. Jika demikian maka cinta jadi mirip nikotin, candu.
Saat kita ingin selalu bersamanya, selalu ingin didekatnya, selalu ingin melihat wajahnya, senyumnya, nyengirnya, bahkan gerakan tangan, gesture, bla-bl-bla. Ingin mendengar suaranya (meski suaranya fals), tawanya (walau tawanya cempreng); apakah itu disebut cinta? Tentu saja. Bagaimana mungkin bukan cinta? Tetapi kalau hanya demikian, maka bawakan saja imitasi seseorang itu ke rumah, taruh seperti koleksi patung, jika ingin mendengar tawanya, stel sedemikian rupa biar dia tertawa, ingin melihat dia bicara, stel agar dia bicara. Bukankah hari ini sudah banyak teknologi imitasi seperti ini? Apakah itu akan berlangsung sementara? Boleh jadi, karena persis seperti kolektor yang memiliki koleksi benda antik, seberapapun berharganya, cepat atau lambat rasa bosan akan tiba. Bisa sih disiasati dengan jarang-jarang melihat koleksi tersebut, jarang-jarang bertemu biar terus kangen dan rindu, aduh, kalau demikian, maka cinta jadi sesuatu yang kontradiktif, bukankah tadi dibilang ingin selalu bersamanya.
Saat kita terpesona melihatnya, kagum menatapnya, begitu hebat, keren, terlihat berbeda, cantik, gagah, dan bla-bla-bla. Apakah itu disebut cinta? Bisa jadi. Tapi jika demikian cinta tak lebih seperti pengidolaan, keterpesonaan. Jika demikian, solusinya mudah, pasang saja posternya besar-besar di kamar. Jika kangen, tatap sambil tersenyum. Taruh foto-fotonya di mana-mana. Selesai urusannya. Apakah ini sementara? Temporer? Tentu saja. Saat idola baru yang lebih keren tiba, saat sosok baru yang lebih hebat datang, maka idola lama akan tersingkirkan. Jika demikian, maka cinta tak ubahnya seperti lagu pop, cepat datang cepat pergi. Persis seperti anggota boyband di tahun 80-an, basi di tahun 90-an, dan anggota boyband di tahun 2012, dijamin basi banget di tahun 2030.
Saat kita tergila-gila, selalu ingat dengannya, tidak bisa tidur, tidak bisa makan, berpikir jangan-jangan kita kehilangan akal sehat, apakah itu disebut cinta? Tentu saja. Tapi jika demikian cinta, maka ia tak lebih dari simptom penyakit psikis? Sama persis seperti penjahat yang jadi buronan, juga tidak bisa tidur, susah makan, dan terkadang berpikir kenapa ia bisa kehilangan akal sehat menjadi penjahat. Sementara? Temporer? Tentu saja. Waktu selalu bisa mengubur seluruh kesedihan.
Hampir kebanyakan orang akan bilang: “Saya tidak pernah tahu kapan perasaan itu datang. Tiba-tiba sudah hadirlah ia di hati.” Ada sih yg jelas-jelas mengaku kalau dia cinta pada pandangan pertama; sekali lihat, langsung berdentum hatinya. Tapi di luar itu, meskipun benar-benar pada pandangan pertama, kita kebanyakan tidak tahu kapan detik, menit, jam, atau harinya kapan semua mulai bersemi. Semua tiba-tiba sudah terasa something happen in my heart.
Terlepas dari tidak tahunya kita kapan perasaan itu muncul, kabar baiknya kita semua hampir bisa menjelaskan muasal kenapanya. Ada yg jatuh cinta karena seseorang itu perhatian, seseorang itu cantik, seseorang itu dewasa, rasa kagum, membutuhkan, senang bersamanya, nyambung, senasib, dan seterusnya, dan seterusnya. Dan di antara definisi kenapa tersebut, ada yang segera tahu persis kalau itu sungguh cinta, ada juga yang berkutat begitu lama memilah-milah, mencoba mencari penjelasan yg akan membuatnya nyaman dan yakin, ada juga yang dalam situasi terus-menerus justeru tdk tahu atau tidak menyadarinya kalau semua itu cinta.
Cinta sungguh memiliki begitu banyak pintu untuk datang. Kebanyakan dari “mata”, mungkin 90%. Sisanya dari “telinga”. Dari bacaan (membaca sesuatu darinya), dari kebersamaan, dari cerita orang lain. Dari mana saja. Lantas otak akan mengolahnya, mendefinisikannya menjadi: sayang, kagum, terpesona, dekat, cantik, ganteng, cerdas, baik, lucu, dan seterusnya. Kemudian hati akan menjadi pabrik terakhir yang menentukan: “ya” atau “tidak”. Selesai? Tidak juga, masih ada ruang buat prinsip-prinsip, pemahaman hidup, pengalaman (diri sendiri atau belajar dari pengalaman orang lain) untuk menilai apakah akan menerima kesimpulan hati atau tidak.
Ini proses cinta kebanyakan. Tetapi orang-orang yang paham, maka pintu datangnya cinta bukan sekadar dari mata atau tampilan fisik saja. Proses mereka terbalik, mulai dari memiliki prinsip-prinsip, pemahaman-pemahaman yang baik, lantas hati dan otak akan mengolahnya, baru terakhir mata, telinga dan panca indera menjadi simbolisasi cinta tersebut.
Tetapi apapun pintu dan prosesnya, jika akhirnya semua fase itu terlewati masih ada satu hal penting lainnya yg menghadang. Yaitu kesementaraan. Temporer. Apakah cinta itu perasaan yang bersifat temporer? Kabar buruknya ya. Jangan berdebat soal ini. Sehebat apapun cinta kita, pasti takluk oleh waktu. Tapi kabar baiknya, meski ia bersifat sementara, kita selalu memiliki kesempatan untuk membuatnya ‘abadi’, everlasting. Bagaimana caranya? Dengan pemahaman-pemahaman yang baik. Ada rambu-rambu agama yang harus dipatuhi, ada nilai-nilai yang harus dihormati. Tidak bisa semuanya diterabas. Pasangan yang memiliki hal tersebut, mereka bisa menjadikan perasaan cinta utuh semuanya. Maka abadilah perasaan itu.
Terakhir, saat kita selalu termotivasi untuk terus berbuat baik hari demi hari, memberikan semangat positif, terus memperbaiki diri setiap kali mengingatnya, apakah itu juga disebut cinta? Iya, inilah hakikat cinta. Saat perasaan itu menjadi energi kebaikan. Dan itu tidak berarti kita harus selalu menyampaikan kalimat itu. Orang-orang yang menyimpan perasaannya, menjaga kehormatan hatinya, dan menjadikan perasaan tersebut sebagai energi memperbaiki diri, maka cinta menjelma menjadi banyak kebaikan.
Apakah itu sementara? Memang sementara, nah, semangat untuk terus memperbaiki diri karena cinta tersebut akan menjadi jaminan keabadiannya. Percayalah, bagi orang-orang yang memiliki pemahaman yang baik, cinta selalu datang di saat yang tepat, momen yang tepat, dan orang yang tepat, semoga semua orang memiliki kesempatan merasakannya.
*Darwis Tere Liye
Saat kita sedang sendiri, kesepian, dalam masalah, membutuhkan teman, lantas teringat dengan seseorang, berharap banyak dia akan membantu, atau setidaknya mengusir sedikit gundah-gulana. Apakah itu disebut cinta? Tentu saja. Tetapi kalau demikian, bukankah cinta jadi tidak lebih dari seperangkat obat? Alat medis penyembuh? Selesai malasahnya, saat kita kembali semangat, sembuh, maka persis seperti botol-botol obat, seseorang itu bisa segera disingkirkan. Sementara, dong? Temporer? Juga tentu saja, kecuali kita selalu sakit berkepanjangan, dan mulai mengalami ketergantungan dengan seseorang tersebut. Jika demikian maka cinta jadi mirip nikotin, candu.
Saat kita ingin selalu bersamanya, selalu ingin didekatnya, selalu ingin melihat wajahnya, senyumnya, nyengirnya, bahkan gerakan tangan, gesture, bla-bl-bla. Ingin mendengar suaranya (meski suaranya fals), tawanya (walau tawanya cempreng); apakah itu disebut cinta? Tentu saja. Bagaimana mungkin bukan cinta? Tetapi kalau hanya demikian, maka bawakan saja imitasi seseorang itu ke rumah, taruh seperti koleksi patung, jika ingin mendengar tawanya, stel sedemikian rupa biar dia tertawa, ingin melihat dia bicara, stel agar dia bicara. Bukankah hari ini sudah banyak teknologi imitasi seperti ini? Apakah itu akan berlangsung sementara? Boleh jadi, karena persis seperti kolektor yang memiliki koleksi benda antik, seberapapun berharganya, cepat atau lambat rasa bosan akan tiba. Bisa sih disiasati dengan jarang-jarang melihat koleksi tersebut, jarang-jarang bertemu biar terus kangen dan rindu, aduh, kalau demikian, maka cinta jadi sesuatu yang kontradiktif, bukankah tadi dibilang ingin selalu bersamanya.
Saat kita terpesona melihatnya, kagum menatapnya, begitu hebat, keren, terlihat berbeda, cantik, gagah, dan bla-bla-bla. Apakah itu disebut cinta? Bisa jadi. Tapi jika demikian cinta tak lebih seperti pengidolaan, keterpesonaan. Jika demikian, solusinya mudah, pasang saja posternya besar-besar di kamar. Jika kangen, tatap sambil tersenyum. Taruh foto-fotonya di mana-mana. Selesai urusannya. Apakah ini sementara? Temporer? Tentu saja. Saat idola baru yang lebih keren tiba, saat sosok baru yang lebih hebat datang, maka idola lama akan tersingkirkan. Jika demikian, maka cinta tak ubahnya seperti lagu pop, cepat datang cepat pergi. Persis seperti anggota boyband di tahun 80-an, basi di tahun 90-an, dan anggota boyband di tahun 2012, dijamin basi banget di tahun 2030.
Saat kita tergila-gila, selalu ingat dengannya, tidak bisa tidur, tidak bisa makan, berpikir jangan-jangan kita kehilangan akal sehat, apakah itu disebut cinta? Tentu saja. Tapi jika demikian cinta, maka ia tak lebih dari simptom penyakit psikis? Sama persis seperti penjahat yang jadi buronan, juga tidak bisa tidur, susah makan, dan terkadang berpikir kenapa ia bisa kehilangan akal sehat menjadi penjahat. Sementara? Temporer? Tentu saja. Waktu selalu bisa mengubur seluruh kesedihan.
Hampir kebanyakan orang akan bilang: “Saya tidak pernah tahu kapan perasaan itu datang. Tiba-tiba sudah hadirlah ia di hati.” Ada sih yg jelas-jelas mengaku kalau dia cinta pada pandangan pertama; sekali lihat, langsung berdentum hatinya. Tapi di luar itu, meskipun benar-benar pada pandangan pertama, kita kebanyakan tidak tahu kapan detik, menit, jam, atau harinya kapan semua mulai bersemi. Semua tiba-tiba sudah terasa something happen in my heart.
Terlepas dari tidak tahunya kita kapan perasaan itu muncul, kabar baiknya kita semua hampir bisa menjelaskan muasal kenapanya. Ada yg jatuh cinta karena seseorang itu perhatian, seseorang itu cantik, seseorang itu dewasa, rasa kagum, membutuhkan, senang bersamanya, nyambung, senasib, dan seterusnya, dan seterusnya. Dan di antara definisi kenapa tersebut, ada yang segera tahu persis kalau itu sungguh cinta, ada juga yang berkutat begitu lama memilah-milah, mencoba mencari penjelasan yg akan membuatnya nyaman dan yakin, ada juga yang dalam situasi terus-menerus justeru tdk tahu atau tidak menyadarinya kalau semua itu cinta.
Cinta sungguh memiliki begitu banyak pintu untuk datang. Kebanyakan dari “mata”, mungkin 90%. Sisanya dari “telinga”. Dari bacaan (membaca sesuatu darinya), dari kebersamaan, dari cerita orang lain. Dari mana saja. Lantas otak akan mengolahnya, mendefinisikannya menjadi: sayang, kagum, terpesona, dekat, cantik, ganteng, cerdas, baik, lucu, dan seterusnya. Kemudian hati akan menjadi pabrik terakhir yang menentukan: “ya” atau “tidak”. Selesai? Tidak juga, masih ada ruang buat prinsip-prinsip, pemahaman hidup, pengalaman (diri sendiri atau belajar dari pengalaman orang lain) untuk menilai apakah akan menerima kesimpulan hati atau tidak.
Ini proses cinta kebanyakan. Tetapi orang-orang yang paham, maka pintu datangnya cinta bukan sekadar dari mata atau tampilan fisik saja. Proses mereka terbalik, mulai dari memiliki prinsip-prinsip, pemahaman-pemahaman yang baik, lantas hati dan otak akan mengolahnya, baru terakhir mata, telinga dan panca indera menjadi simbolisasi cinta tersebut.
Tetapi apapun pintu dan prosesnya, jika akhirnya semua fase itu terlewati masih ada satu hal penting lainnya yg menghadang. Yaitu kesementaraan. Temporer. Apakah cinta itu perasaan yang bersifat temporer? Kabar buruknya ya. Jangan berdebat soal ini. Sehebat apapun cinta kita, pasti takluk oleh waktu. Tapi kabar baiknya, meski ia bersifat sementara, kita selalu memiliki kesempatan untuk membuatnya ‘abadi’, everlasting. Bagaimana caranya? Dengan pemahaman-pemahaman yang baik. Ada rambu-rambu agama yang harus dipatuhi, ada nilai-nilai yang harus dihormati. Tidak bisa semuanya diterabas. Pasangan yang memiliki hal tersebut, mereka bisa menjadikan perasaan cinta utuh semuanya. Maka abadilah perasaan itu.
Terakhir, saat kita selalu termotivasi untuk terus berbuat baik hari demi hari, memberikan semangat positif, terus memperbaiki diri setiap kali mengingatnya, apakah itu juga disebut cinta? Iya, inilah hakikat cinta. Saat perasaan itu menjadi energi kebaikan. Dan itu tidak berarti kita harus selalu menyampaikan kalimat itu. Orang-orang yang menyimpan perasaannya, menjaga kehormatan hatinya, dan menjadikan perasaan tersebut sebagai energi memperbaiki diri, maka cinta menjelma menjadi banyak kebaikan.
Apakah itu sementara? Memang sementara, nah, semangat untuk terus memperbaiki diri karena cinta tersebut akan menjadi jaminan keabadiannya. Percayalah, bagi orang-orang yang memiliki pemahaman yang baik, cinta selalu datang di saat yang tepat, momen yang tepat, dan orang yang tepat, semoga semua orang memiliki kesempatan merasakannya.
*Darwis Tere Liye
(I)
Gombal kelas BK (bimbingan konseling) dalam pacaran itu adalah ketika pacarnya kirim sms, ngetweet, ngewall, "Eh, babe, kamu udah belajar belum? ayoh belajar gih, biar nilainya bagus2 loh."
Seolah perhatian sekali, tapi gombal saja. Tidak terhitung banyaknya orang2 yg pacaran prestasi akademiknya malah turun; bahkan saat besok lusa putus, malah kacau balau sekali nilai2nya.
(II)
Gombal kelas fakultas (kedokteran) dalam pacaran itu adalah ketika pacarnya kirim sms, tweet, "Abi udah mamam ciang atau belom? Jangan telat ya, nanti cakit, loh".
Seolah perhatian sekali, tapi gombal saja. Besok lusa, kalau sudah putus, yang ada malah nggak mau makan.
(III)
Gombal kelas santri atau aktivis rohis dalam pacaran itu adalah ketika pacarnya kirim sms, ngingetin: "Ummi cayang, udah shalat subuh belum?" atau "Babe, kamu sudah ngaji belum hari ini?"
Seolah baik dan indah sekali, tapi gombal saja. Besok lusa, kalau sudah benci sejidat, jangankan ngaji, disapa mantannya dengan "assalammualaikum" saja nggak dijawab--padahal wajib hukumnya dijawab.
*Darwis Tere Liye
Gombal kelas BK (bimbingan konseling) dalam pacaran itu adalah ketika pacarnya kirim sms, ngetweet, ngewall, "Eh, babe, kamu udah belajar belum? ayoh belajar gih, biar nilainya bagus2 loh."
Seolah perhatian sekali, tapi gombal saja. Tidak terhitung banyaknya orang2 yg pacaran prestasi akademiknya malah turun; bahkan saat besok lusa putus, malah kacau balau sekali nilai2nya.
(II)
Gombal kelas fakultas (kedokteran) dalam pacaran itu adalah ketika pacarnya kirim sms, tweet, "Abi udah mamam ciang atau belom? Jangan telat ya, nanti cakit, loh".
Seolah perhatian sekali, tapi gombal saja. Besok lusa, kalau sudah putus, yang ada malah nggak mau makan.
(III)
Gombal kelas santri atau aktivis rohis dalam pacaran itu adalah ketika pacarnya kirim sms, ngingetin: "Ummi cayang, udah shalat subuh belum?" atau "Babe, kamu sudah ngaji belum hari ini?"
Seolah baik dan indah sekali, tapi gombal saja. Besok lusa, kalau sudah benci sejidat, jangankan ngaji, disapa mantannya dengan "assalammualaikum" saja nggak dijawab--padahal wajib hukumnya dijawab.
*Darwis Tere Liye
Nasehat orang tua
1. Hanya orang-orang yg suka ber-lebih-lebihanlah yg punya sepatu/sandal mahal, apalagi malah mengkoleksinya hingga puluhan bahkan ratusan. Kkarena ketahuilah, saat kita sedang ramai berpesta, berlalu-lalang di mall, di lobby2 gedung, kurang dari 1% orang yg sempat melirik kaki kita. Buktikan saja datang ke sebuah acara ramai. Bahkan tdk ada yg menyadari kalau kita datang cuma nyeker. Dan hanya orang2 yg super keterlaluan berlebih2anlah yg membeli jam tangan mahal, karena sungguh, semahal apapun jam miliknya, jarum jam tangannya tidak akan bergerak lebih cepat atau lebih lambat dibanding siapapun.
2. Ingatlah selalu, bahkan motivator paling ulung, group band paling ngetop, orator kelas berat, pernah (dan lumrah saja masih sering) grogi saat tampil di depan umum. Gemetar gugup saat bicara di depan umum, jadi santai sajalah, tdk usah cemas jika kita pun begitu. Jangan lupa baca bismillah, semoga jadi lebih mudah.
3. Hidup ini adalah ujian. Terima saja situasinya sudah kadung demikian. Kenapa begitu? Karena meski kita semua tahu ujian itu berat dan menyebalkan. Orang2 tetap saja sibuk membuat UTS, UAS, ujian nasional, ujian cawu-an, ujian les, dsbgnya. Menambahi beban ujian bagi semua orang.
4. Kalau kau ingin mengenali karakter orang dgn cepat dan tepat, perhatikan saja saat ada kejadian yg membuat panik, kaget, atau menakutkan tiba2. Dengarkanlah kata yg diucapkannya. Perhatikanlah ekspresi wajahnya.
5. Kalau kau ingin tahu seberapa taat seseorang dgn sunnah Rasul. Maka perhatikan ketika ia berwudhu. Seberapa besar ia membuka keran air. Juga bisa dengan perhatikan dia makan, apakah dia pernah makan dengan tangan kiri. Itu menjelaskan banyak hal.
6. Anakku, salah-satu syarat mutlak agar kita bahagia adalah: kita bahagia dan (memang) berbahagia melihat orang lain (teman, saudara, bahkan musuh) hidup lebih beruntung.
7. Cinta sejati tdk pernah datang dari satu-dua kejadian. Satu-dua kalimat. Cinta sejati adalah konsistensi dan komitmen panjang… dan kau harus tahu, anakku, Ibu adalah cinta sejati-mu (maka berhentilah meng-gombal-i anak gadis orang).
8. Kelak jika kau sudah besar, kau boleh saja tdk suka, melawan, berbeda pendapat, atau bahkan bertengkar dengan bapak, nak. Tapi jangan sekali-kali… jangan pernah sekali2 kau bilang ‘ah’ pada ibu-mu…
9. Jangan habiskan waktu untuk berdebat, sedikitlah bicara.. Nah, karena besok saat kau besar dunia sudah banyak berubah, jgn habiskan waktumu utk ‘menulis’ mendebat sesuatu. Jadilah orang yang pandai. Apa itu pandai? Ambil nasehat yang baik, buang yang buruk. Bukan meributkan hal2 baik hanya karena berbeda pendapat tipis saja.
10. Jangan pernah bingung karena kau harus memilih. Karena di luar sana banyak orang yg hanya punya satu pilihan, dan lebih banyak lagi yang bahkan satu pun tdk mempunyai pilihan.
11. Jatuh cinta dgn someone special itu binatang apa? Percayalah, meski seluruh perasaan cinta seperti ini diambil di muka bumi, dunia tetap baik2 saja (apalagi kau yg sedang patah-hati). Akan tetapi satu saja cinta seorang ibu kepada anaknya diambil, maka seperti rusak sudahlah seluruh kehidupan. Belajarlah hakikat cinta sebelum kau justeru dipasung oleh perasaan dusta.
12. Jangan pernah takut melakukan sesuatu. Dicoba saja. Kalaupun gagal, kau bisa mengulanginya lagi… lagi… dan lagi… Abraham Lincoln bahkan 8x gagal mencalonkan diri menjadi pejabat publik di Amerika sana. Kau tahu siapa dia? Bapak juga tidak kenal dekat dengan dia.
13. Ingatlah, ‘pertanyaan yg baik’ selalu lebih baik dibandingkan ‘jawaban yg sempurna’… Mendengarkan selalu lebih baik daripada buncah bicara. Sayangnya, ketika kau dewasa kelak, semakin banyak saja orang yg suka bernarsis ria dengan ‘kata-kata’, dan selalu merasa bisa memberikan ‘jawaban yg sempurna’.
14. Jangan pernah bersedih kalau kau tidak pintar bicara. Hargailah pendapat orang lain--dengan tidak mendebat sia-sia, bahkan bila kau benci sekali dgn pendapatnya, dan pendapatnya keliru. Jangan didebat hanya untuk menjelek2an. Ini akan membedakan seberapa dewasa kau menghadapi liberalisme, demokrasi, dan kata canggih lainnya di masa2 kelak. Karena banyak, orang2 yg bilang dia sangat demokratis, justeru adalah orang paling tidak demokratis. Apalagi jika sudah berkelompok; habis2an membela kelompoknya saja.
15. Hal yg paling menyedihkan adalah ketika kau ‘menjilat’ dgn seseorang (entah itu atasan, senior, pemilik, penguasa atau sesuatu yg berkepentingan)… dan sebaliknya kau justeru ‘aniaya’ dgn orang lain (entah itu bawahan, yunior, atau orang sederajat dgn dirimu).
16. Kalau kau ingin kaya, jadilah pedagang… jgn pernah jadi PNS, pejabat, guru, hakim, polisi, dsbgnya… itu tdk akan pernah membuat kau kaya… Nah, kalau kau ingin hidup tenteram, tenang, maka jadilah petani (sebenar2nya petani--yg paham sekali hakikat alam dan sekitarnya).
17. Berpetualanglah melihat dunia… meski hanya ke kampung sebelah, meski sempat ke kota sekitaran, itu sudah awal yg baik untuk mengenal kehidupan orang lain. Dengan berpetualang, kau akan semakin dewasa. Dan jelas, bapak tdk bisa menceritakan lbh banyak soal dataran tibet sana dibanding kau melihatnya sendiri.
1. Hanya orang-orang yg suka ber-lebih-lebihanlah yg punya sepatu/sandal mahal, apalagi malah mengkoleksinya hingga puluhan bahkan ratusan. Kkarena ketahuilah, saat kita sedang ramai berpesta, berlalu-lalang di mall, di lobby2 gedung, kurang dari 1% orang yg sempat melirik kaki kita. Buktikan saja datang ke sebuah acara ramai. Bahkan tdk ada yg menyadari kalau kita datang cuma nyeker. Dan hanya orang2 yg super keterlaluan berlebih2anlah yg membeli jam tangan mahal, karena sungguh, semahal apapun jam miliknya, jarum jam tangannya tidak akan bergerak lebih cepat atau lebih lambat dibanding siapapun.
2. Ingatlah selalu, bahkan motivator paling ulung, group band paling ngetop, orator kelas berat, pernah (dan lumrah saja masih sering) grogi saat tampil di depan umum. Gemetar gugup saat bicara di depan umum, jadi santai sajalah, tdk usah cemas jika kita pun begitu. Jangan lupa baca bismillah, semoga jadi lebih mudah.
3. Hidup ini adalah ujian. Terima saja situasinya sudah kadung demikian. Kenapa begitu? Karena meski kita semua tahu ujian itu berat dan menyebalkan. Orang2 tetap saja sibuk membuat UTS, UAS, ujian nasional, ujian cawu-an, ujian les, dsbgnya. Menambahi beban ujian bagi semua orang.
4. Kalau kau ingin mengenali karakter orang dgn cepat dan tepat, perhatikan saja saat ada kejadian yg membuat panik, kaget, atau menakutkan tiba2. Dengarkanlah kata yg diucapkannya. Perhatikanlah ekspresi wajahnya.
5. Kalau kau ingin tahu seberapa taat seseorang dgn sunnah Rasul. Maka perhatikan ketika ia berwudhu. Seberapa besar ia membuka keran air. Juga bisa dengan perhatikan dia makan, apakah dia pernah makan dengan tangan kiri. Itu menjelaskan banyak hal.
6. Anakku, salah-satu syarat mutlak agar kita bahagia adalah: kita bahagia dan (memang) berbahagia melihat orang lain (teman, saudara, bahkan musuh) hidup lebih beruntung.
7. Cinta sejati tdk pernah datang dari satu-dua kejadian. Satu-dua kalimat. Cinta sejati adalah konsistensi dan komitmen panjang… dan kau harus tahu, anakku, Ibu adalah cinta sejati-mu (maka berhentilah meng-gombal-i anak gadis orang).
8. Kelak jika kau sudah besar, kau boleh saja tdk suka, melawan, berbeda pendapat, atau bahkan bertengkar dengan bapak, nak. Tapi jangan sekali-kali… jangan pernah sekali2 kau bilang ‘ah’ pada ibu-mu…
9. Jangan habiskan waktu untuk berdebat, sedikitlah bicara.. Nah, karena besok saat kau besar dunia sudah banyak berubah, jgn habiskan waktumu utk ‘menulis’ mendebat sesuatu. Jadilah orang yang pandai. Apa itu pandai? Ambil nasehat yang baik, buang yang buruk. Bukan meributkan hal2 baik hanya karena berbeda pendapat tipis saja.
10. Jangan pernah bingung karena kau harus memilih. Karena di luar sana banyak orang yg hanya punya satu pilihan, dan lebih banyak lagi yang bahkan satu pun tdk mempunyai pilihan.
11. Jatuh cinta dgn someone special itu binatang apa? Percayalah, meski seluruh perasaan cinta seperti ini diambil di muka bumi, dunia tetap baik2 saja (apalagi kau yg sedang patah-hati). Akan tetapi satu saja cinta seorang ibu kepada anaknya diambil, maka seperti rusak sudahlah seluruh kehidupan. Belajarlah hakikat cinta sebelum kau justeru dipasung oleh perasaan dusta.
12. Jangan pernah takut melakukan sesuatu. Dicoba saja. Kalaupun gagal, kau bisa mengulanginya lagi… lagi… dan lagi… Abraham Lincoln bahkan 8x gagal mencalonkan diri menjadi pejabat publik di Amerika sana. Kau tahu siapa dia? Bapak juga tidak kenal dekat dengan dia.
13. Ingatlah, ‘pertanyaan yg baik’ selalu lebih baik dibandingkan ‘jawaban yg sempurna’… Mendengarkan selalu lebih baik daripada buncah bicara. Sayangnya, ketika kau dewasa kelak, semakin banyak saja orang yg suka bernarsis ria dengan ‘kata-kata’, dan selalu merasa bisa memberikan ‘jawaban yg sempurna’.
14. Jangan pernah bersedih kalau kau tidak pintar bicara. Hargailah pendapat orang lain--dengan tidak mendebat sia-sia, bahkan bila kau benci sekali dgn pendapatnya, dan pendapatnya keliru. Jangan didebat hanya untuk menjelek2an. Ini akan membedakan seberapa dewasa kau menghadapi liberalisme, demokrasi, dan kata canggih lainnya di masa2 kelak. Karena banyak, orang2 yg bilang dia sangat demokratis, justeru adalah orang paling tidak demokratis. Apalagi jika sudah berkelompok; habis2an membela kelompoknya saja.
15. Hal yg paling menyedihkan adalah ketika kau ‘menjilat’ dgn seseorang (entah itu atasan, senior, pemilik, penguasa atau sesuatu yg berkepentingan)… dan sebaliknya kau justeru ‘aniaya’ dgn orang lain (entah itu bawahan, yunior, atau orang sederajat dgn dirimu).
16. Kalau kau ingin kaya, jadilah pedagang… jgn pernah jadi PNS, pejabat, guru, hakim, polisi, dsbgnya… itu tdk akan pernah membuat kau kaya… Nah, kalau kau ingin hidup tenteram, tenang, maka jadilah petani (sebenar2nya petani--yg paham sekali hakikat alam dan sekitarnya).
17. Berpetualanglah melihat dunia… meski hanya ke kampung sebelah, meski sempat ke kota sekitaran, itu sudah awal yg baik untuk mengenal kehidupan orang lain. Dengan berpetualang, kau akan semakin dewasa. Dan jelas, bapak tdk bisa menceritakan lbh banyak soal dataran tibet sana dibanding kau melihatnya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar