Senin, 03 Agustus 2015

About Terawih

Obrolan Sederhana tentang Tarawih
Tweet @kupinang (Mohammad Fauzil Adhim)


1. Mari sejenak kita berbincang tentang shalat tarawih, bukan tentang jumlah raka’atnya, tapi apa yang sebaiknya kita lakukan saat bermakmum.

2. Ingatlah sejenak sabda Nabi shallaLlahu alaihi wa sallam:

مَنْ قَامَ مَعَ اْلإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَة

3. "Barangsiapa qiyamul lail bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya (pahala) qiyam satu malam (penuh)." HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, An-Nasa'i dan lain-lain.

4. Berapa raka’at yang terhitung melakukan qiyamul lail semalam suntuk? Batasannya ialah melakukan tarawih hingga selesai bersama imam.

5. Maka jika imam shalat tarawih 11 raka’at, kita bermakmum sampai selesai. Begitu pula jika imam shalat tarawih 13 atau 23 raka’at.

6. Bagi kita yang menjadi makmum, pilihan terbaik adalah shalat bersama imam sampai dengan selesai; bukan soal 11, 13 atau 23 raka’at.

7. Jika ingin memilih, maka itu sebelum melaksanakan shalat tarawih berjama’ah. Adapun sesudah jama'ah ditegakkan, ikuti sampai selesai.

8. Pilihan terbaik adalah shalat mengikuti imam sampai selesai dengan sempurna. Adapun imam sepatutnya shalat dengan tuma'ninah dan khusyuk.

9. Imam membaca ayat-ayat secara tartil, jelas dan tidak adu kecepatan; baik 11, 13, 21 atau 23 raka’at atau lebih dari itu.

10. Di masa Khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu, beliau pernah mengumpulkan para qari' dan menggariskan kebijakan jumlah ayat.

11. Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu meminta qari yang bacanya cepat agar membaca 30 (sekitar 3 halaman mushhaf), yang sedang 25 & yang lambat 20 ayat (2 halaman mushhaf) tiap raka’at.

12. Jangan bayangkan yang cepat bacanya seperti dikejar musuh sehingga tarawih selesai dalam 20 menit. Tetap tartil & tidak tergesa-gesa.

13. Mereka melakukan ruku' dan sujud dengan sempurna, tuma'ninah. Tidak serupa orang salto. Ini yang kadang terabaikan saat mengejar jumlah.

14. Jadi, mana yang paling baik? Yang sempurna gerakannya,tuma'ninah, khusyuk dan bacaannya baik tidak tergesa-gesa; 11, 23 atau 39 raka’at.

15. Imam Syafi’i mendapati shalat tarawih pada masa beliau jumlah raka’atnya 23 di Makkah dan 39 di Madinah. Bagaimana komentar beliau?

16. "Seandainya mereka memanjangkan bacaan dan menyedikitkan bilangan sujudnya, maka itu bagus," kata Imam Syafi’i.

Beliau melanjutkan: >>

17. "Dan seandainya mereka memperbanyak sujud & meringankan bacaan, maka itu juga bagus; tapi yang pertama lebih aku sukai."

18. Perkataan Imam Syafi’i rahimahullah sebagaimana termaktub dalam Fathul Bari ini menunjukkan, yang lebih sempurna itu lebih utama.

19. Yang paling baik bukanlah yang paling banyak bilangan raka’atnya, tetapi yang paling sempurna shalatnya. Semoga Allah Ta'ala ridhai.

20. Ingatlah sabda Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam. | Ada yang shalat malam, tapi hanya mendapatkan penatnya begadang saja.

21. Beliau bersabda:

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ

22. “Betapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga saja. Betapa banyak pula yang shalat malam, hanya menjadi begadang di malam hari.” HR. Ahmad.

23. Tiada nilainya selain berpenat-penat. Semoga kita terhindar dari puasa dan qiyamul lail yang demikian.

24. Tapi jika sekiranya menghendaki shalat tarawih dengan bilangan raka’at yang banyak & tetap tuma'ninah, dapat memilih 41 atau 49 raka’at.

25. Shalat tarawih 41 raka’at ini berdasarkan persaksian Shalih Mawla At-Tau'amah tentang shalat tarawihnya penduduk Madinah di masa itu. Shalat tarawih dilakukan 38 raka’at plus 3 raka’at witir. Bisa juga 40 raka’at tarawih plus 9 raka’at witir. Yang terpenting: sempurna.

26. Jadi jika menganggap lebih banyak lebih baik, pilihlah 49 raka’at dengan khusyuk, tuma'ninah dan bacaannya tartil tidak tergesa-gesa.

27. Terus terang, saya merasa tidak siap shalat tarawih berjama’ah 49 raka’at secara sempurna. Dan selama ini saya belum pernah menjumpai.

28. Tapi kembali pada persoalan semula, yakni shalat tarawih berjama’ah. Jika ingin mendapat pahala qiyamul lail semalam suntuk, ikut imam.

29. Jika imam 11 raka’at dan Anda biasanya 23 raka’at, cukupkan 11 raka’at saja. Jangan menganggap tidak ada tarawih yang kurang dari 20.

30. Justru dengan mengikuti imam sampai selesai, kita mendapatkan pahala qiyamul lail semalam suntuk. Bukankah Rasulullah yang jadi contoh?

31. Jika Anda biasanya shalat tarawih 11 (8+3), lalu mendapati imam shalat 23 raka’at, ikuti pula sampai selesai secara sempurna.

32. Jangan sekali-kali mengira bahwa terlarang shalat tarawih di atas 11 raka’at. Bukankah banyak riwayat yang dapat kita pedomani?

33. Semoga bincang sederhana ini bermanfaat dan barakah. Saatnya kita membersihkan niat. Bukan mengotori dengan menguatkan 'ashabiyah.

34. Bukankah akan lebih utama jika kita mendapatkan pahala terbaik dan di saat yang sama mengokohkan persaudaraan sesama muslim?

35. Diskusi itu lebih mudah ketika mengedepankan ilmu dan kebenaran. Bukan ego pribadi maupun kelompok. Wallahu a’lam bish-shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar