Kamis, 06 Agustus 2015

NU_Muhammadiyah Oleh ust Salim A FIllah

Sebuah bincang tentang 4 orang murid Syaikhana Cholil Bangkalan yang akan jadi tonggak dakwah Indonesia. Dari 4 orang murid Syaikhana Cholil itu, NU, Muhammadiyah, MIAI dan Masyumi terpondasi.

1. Awal 1900-an 4 murid tamatkan pelajarannya pada Kyai Cholil di Bangkalan Madura. Menyeberangi selat, 2 ke Jombang, 2 ke Semarang.

2. Dua murid yang ke Jombang, 1 dibekali cincin (kakek Cak Nun), 1 lagi KH Romli (ayah KH Mustain Romli) dibekali pisang mas.

3. Dua murid yang ke Semarang; Hasyim Asy'ari & Muhammad Darwis, masing masing diberi kitab untuk dingajikan pada Kya Soleh Darat.

4. Kyai Soleh Darat adalah ulama terkemuka, ahli nawawu, ahli tafsir, ahli falak; keluarga besar RA Kartini mengaji pada beliau. Bahkan atas masukan Kartini-lah, Kyai Soleh Darat menerjemahkan Al Quran ke dalam bahasa Jawa agar bisa difahami.

5. Pada Kyai Soleh Darat, Hasyim dan Darwis (yang kemudian berganti nama jadi Ahmad Dahlan) belajar tekun dan rajin, lalu 'diusir'. Kedua sahabat itu; Hasyim Asy'ari dan Ahmad Dahlan diperintahkan Kyai Soleh Darat segera ke Mekkah untuk melanjutkan belajar.

6. Setiba di Mekkah, keduanya nan cerdas menjadi murid kesayangan Imam Masjidil Haram, Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi. Tampaklah kecenderungan Hasyim yang sangat mencintai hadits, sementara Ahmad Dahlan tertarik bahasan pemikiran dan gerakan Islam.

7. Tentu riwayat jalan berilmu mereka panjang. Saya akan melompat pada kepulangan mereka ketanah air & gerakan nan dilakukan.

8. Hasyim Asy'ari pulang ke Jombang. Disana kakek Cak Nun (yang maafkan saya terlupa namanya) menantinya penuh rindu. Kakek Cak Nun nan 'sakti' inilah yang menaklukkan kawasan rampok dan durjana bernama Tebuireng untuk didirikan pesantren.

9. Hasyim Asy'ari dia mohon agar mulai berkenan mulai mengajar disitu. Beliau membuka pengajian 'Shahih Al Bukhari' disana.

10. Fahamlah kita, satu satunya orang yang bisa bujuk Gus Dur keluar istana saat impeachment dulu ya Cak Nun. Ini soal nasab.

11. Saat disuruh mundur orang lain, Gus Dur biasanya jawab: "saya kok disuruh mundur, maju aja susah, harus dituntun!". Tapi Cak Nun tidak menyuruhnya mundur. Kata beliau "Gus, koen wis wayahe munggah pangkat!" Sudah saatnya naik jabatan!"..

12. KH Romli Tamim yang juga di Jombang mendirikan pesantren di Rejoso, kelak jadi pusat Thariqoh Al Mu'tabarah yang disegani.

13. Kembali ke Hadratusy Syaikh Hasyim Asy'ari, CATAT INI: beliaulah orang yang menjadikan pengajian hadist penting & terhormat. Sebelum Hadratusy Syaikh memulai ponpes Tebuireng-nya dengan kajian Shahih Al Bukhari, umumnya ponpes cuma ajarkan tarekat.

14. Tebuireng makin maju, santri berdatangan dari seluruh nusantara. Hubungan baik terjalin dengan Kyai Hasbullah, Tambakberas. Putra Kyai Hasbullah, Abdul Wahab kelak jadi pendiri organisasi Islam terbesar yang dinisbatkannya pada Hadratusy Syaikh: NU. Konon selama KH Abdul Wahab Hasbullah dalam kandungan, ayahnya mengkhatamkan alquran 100 kali diperdengarkan pada si janin.

15. Tebuireng juga berhubungan baik dengan KH Bisyri Syamsuri Denanyar. Abdul Wahid Hasyim menikahi putri beliau (ibu Gus Dur).

16. KH Bisyri Syansuri juga beriparan dengan KH Abdul Wahab Hasbullah. Inilah segitiga pilar NU; Tambakberas - Tebuireng - Denanyar.

17. Satu waktu ada santri Hadratusy Syaikh melapor, dari Yogyakarta ada gerakan yang ingin memurnikan agama & aktif beramal usaha. "O kuwi Mas Dahlan", ujar Hadratusy Syaikh "Ayo padha disokong"!". Itu Mas Dahlan, ayo kita dukung sepenuhnya.

18. KH Ahmad Dahlan sang putra penghulu keraton itu amat bersyukur. Beliau kirimkan hadiah. Hubungan kedua keluarga makin akrab.

19. Sampai generasi ke-4, putra putri Tebuireng yang kuliah di Yogya selalu kos di keluarga KH Ahmad Dahlan Kauman (Gus Dur juga).

20. Sebagai bentuk dukungan pada perjuangan KH Ahmad Dahlan, Hadratusy Syaikh menulis kitab 'Munkarat Maulid Nabi wa Bida'uha', bagi Hadratusy Syaikh, itu banyak bid'ah & mafsadatnya. UNIK: satu satunya Kyai NU yang tidak diperingati HAUL nya ya beliau.

21. Ketika akhirnya gesekan makin sering terjadi antara anggota Muhammadiyah vs kalangan pesantren, Hadratusy Syaikh turun tangan. "Kita & Muhammadiyah sama. Kita Taqlid Qauli (mengambil PENDAPAT 'ulama Salaf'), mereka Taqlid Manhaji (mengambil METODE)".

22. Tetapi dipelopori KH Abdul Wahab Hasbullah, para murid menghendaki kalangan pesantren pun terorganisasi baik. NU berdiri. Direstui Hadratusy Syaikh, Abdul Wahab Hasbullah & rekan berangkat ke Mekkah menghadap raja Saudi sampaikan aspirasi Madzhab. Kepulangan mereka disambut Hadratusy Syaikh dengan syukur sekaligus meminta untuk terus bekerjasama dengan Muhammadiyah.

23. Atas prakarsa Hadratusy Syaikh, KH Mas Mansur -Muhammadiyah- & tokoh lain, terbentuklah Majlisul Islam A'la Indunisiya (MIAI). (yang kemudian berubah menjadi Masyumi -red)

24. Mengapa kisah Khalil dari Bangkalan & murid muridnya penting? Agar terjaga fikiran, lisan & perkataan kita yang mengaku.


Selamat Muktamar Nahdlatul Ulama ke-33
Selamat Muktamar Muhammadiyah ke-47

Senin, 03 Agustus 2015

Mengenang ust Nurhuda Trisula

Tiga tahun sudah sejak kepergian Ustadz Nurhuda Trisula, Muassis (pendiri) dakwah Kalimantan Timur yang lewat tangannya, hidayah Allah menyentuh sanubari ribuan manusia. 28 Januari 2012, beliau wafat setelah mengalami stroke untuk kedua kalinya. Cukuplah kematian menjadi nasihat terbesar, dan cukuplah perjalanan hidup beliau menjadi hikmah.

Ustadz Nurhuda, sapaan akrab Ustadz Nurhuda Trisula, lahir di keluarga sederhana sebagai putra ketiga dari lima bersaudara. Ayahnya Alm. Noorman dulunya adalah seorang aktifis partai politik, sedangkan Ibunya Nasikin adalah seorang kepala sekolah di salah satu SD di Blitar. Sejak kecil beliau memang sangat mencintai ilmu. Pagi sekolah, sore belajar di diniyah (pendidikan agama), malam Ustadz Nurhuda kecil belajar bahasa Arab di masjid kampung berbekal obor untuk menerangi perjalanan. Tidak hanya itu, sejak awal dia juga sudah sangat bersemangat berbagi ilmu. Ibunya mengisahkan, sejak SMP Ustadz Nurhuda sudah terbiasa mengajar les matematika untuk adik kelas dan kawan sebayanya. “Tris (Panggilan Ustadz Nurhuda), anak saya yang tidak pernah menyusahkan orang tua. Dari kecil sudah bisa cari uang sendiri, ngajar les sama ngompreng angkot. Sampai kuliah pun dia malah digaji karena kuliah di kampus dengan ikatan dinas,” tuturnya.

Tidak heran, beberapa bulan sebelum wafat beliau sempat menyampaikan keinginannya untuk kuliah lagi di bidang psikologi. “Biar nyambung kalau ngobrol dengan Dek Win,” begitu katanya pada sang istri, Purwinahyu, yang memang lulusan Psikologi Universitas Indonesia (UI).

Bu Win, sapaan akrab Purwinahyu, menceritakan bagaimana mereka menikah. “Saya tidak pernah kenal dengan almarhum. Akhir januari 1993, guru ngaji saya bilang kalau ada ikhwan mau datang setelah Shalat Maghrib. Tapi dia ternyata baru datang jam 11 malam, karena sedang berada di tengah-tengah acara mukhayyam (perkemahan). Datang pun langsung akad nikah, tanpa ta’aruf (berkenalan) dan lain sebagainya. Pasca akad nikah beliau kembali ke acaramukhayyam,” ujar Bu Win sambil tersenyum, mengingat betapa cepat nya proses pernikahan mereka. Resepsinya sendiri baru berlangsung sekitar 1,5 bulan setelahnya.

1994, Ustadz Nurhuda memboyong Bu Win ke Samarinda, saat dakwah benar – benar baru dirintis. Bu Win mengisahkan saat itu, mereka masih mengontrak sebuah rumah dengan 2 kamar. Satu kamarnya sengaja dikosongkan untuk tempat liqa’ (Pengajian). Tidak jarang Bu Win pun diungsikan ke rumah saudara yang lain, karena rumah kontrakan mereka selalu jadi pilihan utama untuk lokasi daurah (pelatihan dakwah). “Bahagia rasanya walau rumah kami sederhana, tapi bisa bermanfaat untuk dakwah,” ungkapnya

1998, saat Partai Keadilan (PK) berdiri, Ustadz Nurhuda yang saat itu berstatus sebagai PNS di kantor pajak memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya. Dia ingin mengabdikan diri sepenuhnya pada dakwah. Padahal tempat Ustadz Nurhuda bekerja kala itu (bahkan sampai sekarang), dikenal sebagai ‘lahan basah’. Banyak orang berlomba-lomba untuk masuk ke zona tersebut. Tapi komitmen Ustadz Nurhuda sebagai seorang Da’i, mengalahkan segala tipuan kesenangan duniawi. Ustadz Nurhuda ketika itu mengatakan pada sang istri agar tidak takut akan rezeki. Sebab dia berkeyakinan semua itu sudah diatur Sang Maha Kaya. “Gak usah khawatir, rezeki itu Allah yang ngatur. Aku bisa ngajar, jadi penjaga masjid (marbot), atau apa lah yang penting halal,” katanya pada sang istri

Sebuah pelajaran tentang bagaimana menjaminkan diri pada Allah SWT, bahwa dakwah memang tidak mengenal sikap ganda. Hanya totalitas dan Allah akan meminta semuanya.

2004, Ustadz Nurhuda terserang stroke. Dari kisah Bu Win, saat itu Ustadz Nurhuda kehilangan nyaris seluruh kemampuannya. Ustadz Nurhuda tidak dapat berbicara, t membaca dan menulis. Di tengah sakitnya, sering sekali Ustadz Nurhuda menangis. Setelah sembuh barulah sang istri bertanya perihal tersebut. “Waktu itu kenapa kok sering menangis?” Apa jawaban Ustadz Nurhuda? “Aktivis dakwah dipersiapkan untuk menanggung beban dakwah, tidak ada kata istirahat. Lah ini kok aku malah jadi beban”

Masya Allah, bukan rasa sakit yang Ustadz Nurhuda tangisi, melainkan ketidakmampuan menjalankan amanah dakwah karena kondisi fisik yang sedang sakit.

Perasaan cintanya pada amanah-amanah dakwah itu yang menjadi latar belakang, semangatnya untuk sembuh. Dokter ahli bedah syaraf pun mengatakan pada istrinya, tidak pernah ada pasien stroke sebelumnya yang sembuh lebih cepat dari Ustadz Nurhuda. Saat dokter menyarankan untuk fisioterapi, beliau langsung mengiyakan, bahkan meminta jadwal terapi setiap hari. Belakangan Ustadz Nurhuda baru jujur, bahwa dari seluruh rasa sakit yang pernah dirasakan, tidak ada yang mengalahkan sakitnya saat menjalani fisioterapi pasca terserang stroke. Keinginan untuk segera berkontribusi bagi dakwahlah yang memberikan kekuatan menahan semua rasa sakit tersebut.

Pernah suatu hari, saat Ustadz Nurhuda belum dapat berbicara dan berjalan pun masih harus menggunakan tongkat. Dia bersikukuh untuk ikut rapat di Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKS. Bu Win yang ikut menemani (sebenarnya Ustadz Nurhuda memang belum diizinkan untuk beraktivitas) bercerita, saat itu Ustadz Nurhuda dengan semangat berangkat ke DPW PKS. Ustadz Nurhuda seringkali mengangkat tangannya saat pemimpin rapat meminta usulan, walau saat itu tak satu kata pun bisa beliau ucapkan. Keinginannya untuk berkontribusi tak terbendung.

Ustadz Nurhuda tidak pernah mau diistimewakan walaupun dengan kondisi fisik yang tidak lagi 100 persen sehat pasca terjangkit stroke. Penulis mendapat kisah dari seorang ikhwan kepanduan, saat mukhayyam, Ustadz Nurhuda ikut menempuh perjalanan dengan berjalan kaki, walau ikhwah yang lain sudah memaksanya naik ke mobil panitia. Ustadz Nurhuda tidak pernah meminta rukhsah untuk tidak hadir rapat atau agenda-agenda dakwah lain hanya karena sakit.

Ustadz Masykur Sarmian saat memberikan sambutan dipemakamamnya mengisahkan, pernah dalam sebuah forum yang berlangsung hingga larut malam, gurat-gurat kelelahan itu sudah sangat terlihat, namun Ustadz Nurhuda tetap mengikuti acara tersebut hingga selesai, lengkap dengan kontribusi ide untuk kemajuan dakwah. Kadang rekan-rekannya di DPW terpaksa tidak mengundang beliau untuk rapat atau bahkan berpura-pura mengakhiri rapat agar beliau pulang dan istirahat. Hidupnya memang hanya tentang dakwah, nafasnya adalah dakwah, detak jantungnya adalah dakwah.

Sebelum terkena serangan stroke yang kedua, Ustadz Nurhuda berkata pada seorang ikhwah. “Saya ini kalau kena stroke lagi, alamat 80 persen wafat” candanya. Wajah nya tenang, tak ada ketakutan. Ikhwah tersebut kemudian menyarankan Ustadz Nurhuda untuk memperbanyak istirahat. Tapi apa jawabannya! Sambil tersenyum dia berucap “Akhi, justru di saat-saat seperti ini saya harus semakin banyak bekerja. Mana tau kalau ternyata itu adalah kontribusi terakhir saya untuk dakwah.”

Begitulah Ustadz Nurhuda. Takkan cukup kata-kata untuk menggambarkan betapa istimewanya beliau di hati kader- kader PKS Kaltim. Dia seperti namanya “Nurhuda” menjadi perantara cahaya petunjuk bagi manusia dan selalu tersenyum dalam kondisi seberat apapun. Usia biologisnya boleh hanya 42 tahun, namun usia historisnya tidak akan lekang ditelan masa.

Jasadnya boleh pergi meninggalkan kita semua, tapi ruh dan semangat perjuangannya akan terus hadir, akan semakin menguatkan tekad kita untuk menjaga dan memenuhi janji pada Allah SWT, seperti yang selama ini beliau contohkan, sampai kaki menginjak Surga.

Ila Liqa ya Syaikh. Sungguh engkau hanya mendahului kami, kelak kami semua akan menyusulmu. Kami berjanji sepenuh hati dan Allah menjadi saksi, akan kami lanjutkan perjuanganmu, akan kami rawat pohon yang 20 tahun lalu kau tanam dengan penuh cinta. Dan semoga nanti di suatu sore yang tenang, di sebuah sudut di dalam Surga, Allah berkenan untuk mempertemukan kita kembali. Semoga Allah membayar segala pengorbananmu dengan tegaknya Islam di Negeri ini.


Sumber:  http://kaltim.pks.id/2014/01/cahaya-yang-tersenyum-mengenang-2-tahun-wafatnya-sang-muharrik-dakwah/

About Terawih

Obrolan Sederhana tentang Tarawih
Tweet @kupinang (Mohammad Fauzil Adhim)


1. Mari sejenak kita berbincang tentang shalat tarawih, bukan tentang jumlah raka’atnya, tapi apa yang sebaiknya kita lakukan saat bermakmum.

2. Ingatlah sejenak sabda Nabi shallaLlahu alaihi wa sallam:

مَنْ قَامَ مَعَ اْلإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَة

3. "Barangsiapa qiyamul lail bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya (pahala) qiyam satu malam (penuh)." HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, An-Nasa'i dan lain-lain.

4. Berapa raka’at yang terhitung melakukan qiyamul lail semalam suntuk? Batasannya ialah melakukan tarawih hingga selesai bersama imam.

5. Maka jika imam shalat tarawih 11 raka’at, kita bermakmum sampai selesai. Begitu pula jika imam shalat tarawih 13 atau 23 raka’at.

6. Bagi kita yang menjadi makmum, pilihan terbaik adalah shalat bersama imam sampai dengan selesai; bukan soal 11, 13 atau 23 raka’at.

7. Jika ingin memilih, maka itu sebelum melaksanakan shalat tarawih berjama’ah. Adapun sesudah jama'ah ditegakkan, ikuti sampai selesai.

8. Pilihan terbaik adalah shalat mengikuti imam sampai selesai dengan sempurna. Adapun imam sepatutnya shalat dengan tuma'ninah dan khusyuk.

9. Imam membaca ayat-ayat secara tartil, jelas dan tidak adu kecepatan; baik 11, 13, 21 atau 23 raka’at atau lebih dari itu.

10. Di masa Khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu, beliau pernah mengumpulkan para qari' dan menggariskan kebijakan jumlah ayat.

11. Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu meminta qari yang bacanya cepat agar membaca 30 (sekitar 3 halaman mushhaf), yang sedang 25 & yang lambat 20 ayat (2 halaman mushhaf) tiap raka’at.

12. Jangan bayangkan yang cepat bacanya seperti dikejar musuh sehingga tarawih selesai dalam 20 menit. Tetap tartil & tidak tergesa-gesa.

13. Mereka melakukan ruku' dan sujud dengan sempurna, tuma'ninah. Tidak serupa orang salto. Ini yang kadang terabaikan saat mengejar jumlah.

14. Jadi, mana yang paling baik? Yang sempurna gerakannya,tuma'ninah, khusyuk dan bacaannya baik tidak tergesa-gesa; 11, 23 atau 39 raka’at.

15. Imam Syafi’i mendapati shalat tarawih pada masa beliau jumlah raka’atnya 23 di Makkah dan 39 di Madinah. Bagaimana komentar beliau?

16. "Seandainya mereka memanjangkan bacaan dan menyedikitkan bilangan sujudnya, maka itu bagus," kata Imam Syafi’i.

Beliau melanjutkan: >>

17. "Dan seandainya mereka memperbanyak sujud & meringankan bacaan, maka itu juga bagus; tapi yang pertama lebih aku sukai."

18. Perkataan Imam Syafi’i rahimahullah sebagaimana termaktub dalam Fathul Bari ini menunjukkan, yang lebih sempurna itu lebih utama.

19. Yang paling baik bukanlah yang paling banyak bilangan raka’atnya, tetapi yang paling sempurna shalatnya. Semoga Allah Ta'ala ridhai.

20. Ingatlah sabda Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam. | Ada yang shalat malam, tapi hanya mendapatkan penatnya begadang saja.

21. Beliau bersabda:

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ

22. “Betapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga saja. Betapa banyak pula yang shalat malam, hanya menjadi begadang di malam hari.” HR. Ahmad.

23. Tiada nilainya selain berpenat-penat. Semoga kita terhindar dari puasa dan qiyamul lail yang demikian.

24. Tapi jika sekiranya menghendaki shalat tarawih dengan bilangan raka’at yang banyak & tetap tuma'ninah, dapat memilih 41 atau 49 raka’at.

25. Shalat tarawih 41 raka’at ini berdasarkan persaksian Shalih Mawla At-Tau'amah tentang shalat tarawihnya penduduk Madinah di masa itu. Shalat tarawih dilakukan 38 raka’at plus 3 raka’at witir. Bisa juga 40 raka’at tarawih plus 9 raka’at witir. Yang terpenting: sempurna.

26. Jadi jika menganggap lebih banyak lebih baik, pilihlah 49 raka’at dengan khusyuk, tuma'ninah dan bacaannya tartil tidak tergesa-gesa.

27. Terus terang, saya merasa tidak siap shalat tarawih berjama’ah 49 raka’at secara sempurna. Dan selama ini saya belum pernah menjumpai.

28. Tapi kembali pada persoalan semula, yakni shalat tarawih berjama’ah. Jika ingin mendapat pahala qiyamul lail semalam suntuk, ikut imam.

29. Jika imam 11 raka’at dan Anda biasanya 23 raka’at, cukupkan 11 raka’at saja. Jangan menganggap tidak ada tarawih yang kurang dari 20.

30. Justru dengan mengikuti imam sampai selesai, kita mendapatkan pahala qiyamul lail semalam suntuk. Bukankah Rasulullah yang jadi contoh?

31. Jika Anda biasanya shalat tarawih 11 (8+3), lalu mendapati imam shalat 23 raka’at, ikuti pula sampai selesai secara sempurna.

32. Jangan sekali-kali mengira bahwa terlarang shalat tarawih di atas 11 raka’at. Bukankah banyak riwayat yang dapat kita pedomani?

33. Semoga bincang sederhana ini bermanfaat dan barakah. Saatnya kita membersihkan niat. Bukan mengotori dengan menguatkan 'ashabiyah.

34. Bukankah akan lebih utama jika kita mendapatkan pahala terbaik dan di saat yang sama mengokohkan persaudaraan sesama muslim?

35. Diskusi itu lebih mudah ketika mengedepankan ilmu dan kebenaran. Bukan ego pribadi maupun kelompok. Wallahu a’lam bish-shawab.

Kisah Umar yg mengubur anaknya

Beredar di sebagian kalangan kisah bahwa Umar bin Khathab radhiallahu’anhu, khalifah ke-2 sepeninggal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, pernah mengubur hidup-hidup anak perempuannya di masa Jahiliyah. Benarkah kisah ini? Simak penjelasan Ustadz Muhammad Wasitho, Lc. berikut ini.
***

Riwayat yg menyebutkan bahwa Umar bin Khathab radhiyallahu’anhu mengubur hidup-hidup anak perempuannya di masa Jahiliyah adalah riwayat dusta dan batil.
Diantara bukti kedustaan dan kebatilannya adalah hal-hal sbgai berikut:

Riwayat tersebut tidak ada sama sekali di dalam kitab-kitab hadits Ahlus Sunnah wal Jama’ah, baik itu kitab hadits shahih maupun hadits dha’if. Bahkan di dalam kitab tarikh (sejarah) Islam yg ditulis para ulama Ahlus Sunnah pun tidak ada dan tidak pernah disebutkan.
Riwayat ini sangat sering dan banyak disebutkan serta disebar-luaskan oleh orang-orang Syi’ah Rafidhah yg sesat dan sangat dengki kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khathab, dan para sahabat radhiyallahu’anhum, serta kaum muslimin secara umum.

Mengubur hidup-hidup anak perempuan adalah bukan tradisi dan kebiasaan keluarga Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu dan kabilahnya dari Bani Adiy di masa Jahiliyah.
Sebagai buktinya, Umar bin Khathab radhiyallahu’anhu menikah dengan seorang wanita yg bernama Zainab binti Mazh’uun (saudari Utsman bin Mazh’uun radhiyallahu ‘anhu), n melahirkan beberapa anak, diantaranya Hafshah radhiyallahu’anha, Abdurrahman dan Abdullah bin Umar bin Khathab radhiyallahu’anhum. Hafshah adalah anak perempuan Umar bin Khathab yg paling besar. Ia dilahirkan 5 tahun sebelum diutusnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sebagai Nabi dan Rasul. Demikian pula Umar memiliki saudari kandung yang bernama Fathimah binti Al-Khathab.

Pertanyaannya, kalo sekiranya mengubur hidup-hidup anak perempuan adalah suatu tradisi dan kebiasaan keluarga Umar bin Khathab dan Bani Adiy, maka kenapa Hafshah binti Umar bin Khathab dan Fathimah binti Khathab dibiarkan masih hidup hingga dewasa? Bahkan Hafshah binti Umar bin Khathab menjadi salah satu istri Nabi shallallahu alaihi wasallam.

Padahal Hafshah adalah anak perempuan Umar bin Khathab yg paling besar. Kenapa yg dikubur hidup-hidup adalah anak perempuannya yang paling kecil yang dilahirkan setelah Hafshah binti Umar bin Khathab (jika kisah itu benar)? Dan kenapa kejadian ini tidak pernah diceritakan oleh anakanak Umar dan keluarganya setelah mereka memeluk agama Islam?
Kalau pun kita mengalah dan menganggap bahwa riwayat tersebut shahih, kita memandang tidak ada faedah dan manfaat sedikit pun dari menceritakan dan menyebarluaskan berita tersebut. Karena hal itu dilakukan di masa Jahiliyyah. Dan setelah Umar bin Khathab radhiyallahu anhu masuk Islam, maka semua dosa-dosa dan kesalahannya, termasuk perbuatan kemusyrikan dan kekufurannya yang merupakan dosa besar yang paling besar dihapuskan dan diampuni oleh Allah ta’ala. Hal ini sebagaimana firman Allah ta’ala:
قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَنْتَهُوا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ سَلَفَ
“Katakanlah (hai Muhammad, pent) kepada orang-orang kafir itu: ”Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu.” (QS. Al-Anfaal: 8).
Dan jg berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam kpd ‘Amr bin al-’Ash radhiyallahu anhu ketika ia masuk Islam:
أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ الإِسْلاَمَ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ
“Tidakkah engkau mengetahui bahwa (masuk) Islam itu akan menghapuskan dosa-dosa dan kesalahan yg dilakukan sebelumnya.” (HR. Muslim).
Terdapat hadits shahih yang menunjukkan bahwa Umar bin Khathab radhiyallahu anhu tidak pernah mengubur anak perempuannya hidup-hidup di masa Jahiliyyah. Yaitu riwayat berikut ini:
قال النعمان بن بشير رضي الله عنه : سمعت عمر بن الخطاب يقول: وسئل عن قوله : ( وَإِذَا الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ ) التكوير/8، قال : جاء قيس بن عاصم إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : ( إني وأدت ثماني بنات لي في الجاهلية . قال : أعتق عن كل واحدة منها رقبة . قلت : إني صاحب إبل . قال : ( أهد إن شئت عن كل واحدة منهن بدنة )
An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu anhu berkata: “Aku pernah mendengar Umar bin Khoththob berkata ketika ditanya tentang firman Allah (yg artinya) : “Dan apabila bayi-bayi perempuan yg dikubur hidup-hidup ditanya.” (QS. At-Takwir: 8)

Umar menjawab: “Qois bin ‘Ashim pernah mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam seraya berkata; “Sesungguhnya aku pernah mengubur hidup-hdiup delapan anak perempuanku di masa Jahiliyyah.” Maka Nabi berkata (kepadanya): “Merdekakanlah seorang budak untuk setiap anak perempuan (yg engkau kubur hidup-hidup, pent).” Aku jawab: “Aku memiliki unta”. Nabi berkata: “jika engkau mau, bersedekahlah dengan seekor unta untuk setiap anak perempuanmu yang engkau kubur hidup-hidup.”

(Diriwayatkan oleh Al-Bazzar 1/60, Ath-Thabrani di dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 18/337, dan Al-Haitsami berkata; “Dan para perawi (dalam isnad) Al-Bazzaar adalah para perawi yang ada dalam kitab Ash-Shahih (Shohih Bukhari/Muslim), kecuali Husain bin Mahdi al-Ailiy, dia perawi yg tsiqah (terpercaya)” (Lihat Majma’ Az-Zawaid VII/283. Dan hadits ini dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani di dalam Silsilatu Al-Ahaadiitsi Ash-Shahiihati no.3298).

Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Umar bin Khathab radhiyallahu anhu ini menerangkan tentang kaffarah (penebus dosa) bagi orang yang pernah mengubur hidup-hidup anak perempuan di masa Jahiliyyah. Tatkala Umar bin Khathab meriwayatkan tentang perbuatan Qois bin Ashim, dan ia tidak menceritakan tentang dirinya dalam perbuatan tersebut, maka ini membuktikan bahwa Umar bin Khathab tidak pernah mengubur hidup-hidup anak perempuannya, sebagaimana riwayat dusta dan batil yang beredar di tengah kaum muslimin.

Semoga mudah dipahami dan menjadi ilmu yang bermanfaat. Dan semoga Allah melindungi kita semua dari bahaya riwayat-riwayat dusta dan batil dalam urusan agama Islam. Wallahu a’lam bish-showab. Wabillahi at-Taufiq

Penulis: Ustadz Muhammad Wasitho, Lc., MA.
Artikel abufawaz.wordpress.com dipublikasi ulang oleh Muslim.Or.Id

Logika Kebolak balik

Logika kebolak balik by ust Yusuf Mansur

1. Perasaan ingin mencuri apakah datangnya dari Allah? Bila perasaan itu tetap semua dari Allah, maka apakah benar boleh mencuri?

2. Perasaan, pikiran, kemampuan, u merekayasa sesuatu, sebut saja korupsi & kolusi, jg semua datangnya dari Allah? Secara apa2 ya dari Allah? Lalu?

3. Bila seorang ayah tiba2 ada perasaan menyukai & ingin menzinahin putri kandungnya, maka darimana datangnya nafsu itu? Dari Allah jua kah?

4. Bila seseorang mencintai suami orang, atau istri orang, adalah perasaan itu jg anugerah dari Allah, & dtgnya dari Allah? Hrs bgm kah dia?

5. Saya, negeri ini, bangsa ini, agaknya emang harus trbuka. Mau ngaji lagi dari enol. Dari awal. Biar ga pada rancu. Trmasuk saya. Mau belajar lagi.

6. Kadang saya, kita, negeri ini, bangsa ini, suka sakit logikanya. Sbb ilmunya cetek, diliputi hawa nafsu jg, plus ga ada iman & hidayah pula.

7. Kalau Allah Kuasa menghentikan saya yg berzina? Knp Allah tdk melakukan? Bahkan Allah membiarkan. Berarti kan Allah izinkan? Duh. Sakit.

8. Sakit logikanya. Maka sakit perilakunya. Bahkan yg menyimpang dari Aturan Allah pun, dianggap biasa saja dan tdk menyimpang.

9. Makin tenggelam, makin "ga apa2", alias ga ada kejadian apa2 yg bahaya buat dia, alias aman, malah makin liar. Bertambah2 sakit & sesatnya.

10. Benar2 saya mesti belajar lagi logika & pikiran yg udah pada tebolak tebalik. Saya benar2 mesti belajar lagi. Sebab lawan bicara makin hebat2 logikanya.

11. Th 2004 saat belajar di Belanda. Saat di mana ada perayaan yg tumplek blek (mungkin maksudnya Pride Festival/Perayaan LGBT -red). Satu kota. Satu negeri. Kayak keluar dari rumahnya semua.

[In 2001 the Netherlands granted legal recognition to same-sex marriage, becoming the first nation to do so. Belanda adalah negara pertama yang legalkan kawin sejenis th 2001 -wikipedia] 

12. Ngeri ngeliat pemandangan perayaan internasional itu. Benar2 ngeri. 1 kota. 1 negeri. Sdh nganggap perayaan itu bahkan jadi ajang wisata.

13. Saya sempet tinggal di Amsteilvein. Ada cerita miris di komplek tempat saya menumpang. Ada seorang remaja putri dinyatakan hilang.

14. Usia beliau. Belasan. Belom sampe 15th. Mula2 ayah ibunya khawatir. Sbb ga pulang2. Bule sono ini. Bukan orang Indonesia yg di sana.

15. Setelah 3hran, tiba2 anak putri ini muncul begitu saja. Padahal ayah ibunya dan tetangga dah panik. Seneng kah ortu ini putrinya pulang?

16. Pastinya seneng. Udah bingung nyari kemana2. Trs pulang sendiri. Zaman itu, taon itu, blm taonnya sosmed.

17. Putri itu ditanya. Koq 3hr ga ngasih kabar? Nyusahin orang banyak. Bikin khawatir orang tua.

18. Putri itu jwb, dia menghabiskan 3hr nya bersama pacarnya. & dg senangnya dia crita, sudah ga gadis lg. Ayahnya marah. Putrinya ditampar.

19. Putrinya ga senang. Ngadu ke polisi. Kemudian atas dasar HAM, ayahnya ditangkep dan dipenjarakan ke polisi. | Saya (ust YM) benar2 harus belajar lg.

20. Dulu ketika kecil, ketika ngaji & sekolah, saat salah, kita ditampar guru, dirotanin, disetrap, disuruh push up, bagi guru ga masalah. Skrg?

21. Kyknya saya emang hrs bljr dari enol lagi. Bnr2 dari Kitab Suci. Sehingga bukan berdasarkan nafsu & pikiran senang saja. Bnr2 dari enol lg.

22. Supaya suatu saat ga ada yg mengatakan, kan Allah yg tdk mengizinkan & tdk membuat saya shalat & puasa. Makanya saya tdk shalat & tdk puasa.

23. Salam... Yusuf Mansur. Yg harus jg belajar lagi dari enol. Salam buat semua kawan. Dlm keadaan apapun ia. Doa yg terbaik bagi saya u smua.

24. Begitu jg doa terbaik dari saya. Jg buat semua.

*dari twit ustadz @Yusuf_Mansur (6/7/2015)